Jakarta (ANTARA) - Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI Ahmad Mahendra mengatakan, festival film dapat menjadi wadah untuk merayakan keberagaman di dunia perfilman.
Selain itu, Mahendra mengatakan festival film dapat menjadi pemantik semangat pekerja seni, budaya, dan film tetap semangat untuk berkarya meskipun di tengah kondisi pandemi.
"Menjamurnya festival film, seni, dan budaya terlebih lagi di masa pandemi menunjukkan bahwa kondisi krisis tidak menyurutkan semangat pekerja seni untuk terus berkarya. Ini perlu dukungan dari semua pihak, sebagai bentuk apresiasi terhadap karya kreatif," kata Mahendra dalam jumpa pers daring, dikutip pada Sabtu.
Lebih lanjut, Wakil Ketua 1 Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) Hikmat Darmawan mengatakan, festival film selain menjadi ruang menonton bersama, juga dapat menjadi ruang apresiasi kepada para pembuat film dan sinema itu sendiri.
"Selain menjadi ruang menonton, festival film adalah ruang apresiasi. Merayakan kritik, festival, kompetisi, dan ide. Festival film adalah platform pertemuan gagasan, ruang menggali melalui film dengan ruang tematik, misalnya masyarakat madani di Festival Film Madani," kata Hikmat.
Ia juga menyebut bahwa ragam festival film di Indonesia juga dinilai penting untuk terus diinisiasi dan diadakan, karena masyarakat yang beragam tentu menginginkan cerita yang beragam.
"Misalnya di Yogyakarta ada JAFF, lalu kemarin ada Jakarta Film Week. Publik kita banyak ragamnya dan punya perputarannya sendiri. Ada kegiatan dan identitas di kota itu sendiri secara nasional atau global. Di festival film, akan ada banyak platofrm dan gagasan yang dipertukarkan," papar Hikmat.
"Ruang-ruang percakapan untuk bertukar gagasan, pembacaan, informasi dan menjadi kenal satu sama lain. Menjadi wahana untuk saling mengenal lewat media audio-visual yang terus berkembang, serta menumbuhkan pengetahuan bersama," imbuhnya.
Sependapat, sineas Garin Nugroho mengatakan setiap festival film memiliki ciri khas dan sudut pandangnya sendiri. Tak hanya itu, Garin menilai festival film dapat menjadi ruang penayangan bagi film-film minoritas.
"Ada banyak film festival, dan setiap festival bawa perspektif sendiri. Selain itu, ada film-film yang belum mendapatkan ruang tayang yang luas. Orang juga menemukan dan melihat film lain, dan ada ruang tumbuh di platform festival atau komunitas film," kata Garin.
"Selain merayakan dan berdiskusi soal film, festival juga membangun ruang dimana setiap jenis film diberi ruang tumbuh, bahkan untuk penayangan film minoritas sekalipun. Dan, setiap orang bisa memilih, syuting film lainnya, karena festival memberi ruang dan tumbuhkan produktivitas," imbuh sutradara "Kucumbu Tubuh Indahku" (2018) itu.