Jakarta (ANTARA) - Inggris membuka kesempatan bagi negara-negara lain, termasuk Indonesia, untuk berkolaborasi dalam melacak varian baru virus SARS-CoV-2 dari hasil mutasi, demikian disampaikan oleh Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock dalam sebuah pidato.
Inisiatif kerja sama bernama Platform Penilaian Varian Baru itu membantu negara-negara di dunia dalam mengidentifikasi mutasi pada virus yang akan menjadi peringatan dini mengenai kemungkinan penyebaran varian baru COVID-19, melalui pengurutan genom (genome sequencing).
"Tawaran baik dari Inggris ini merupakan pujian terhadap upaya yang mengagumkan yang sudah dilakukan di Indonesia oleh Kementerian Ristek dan Lembaga Eijkman, yang telah memiliki kemampuan untuk pengurutan genom virus," kata Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins, dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Platform Penilaian Varian Baru akan dipimpin oleh Badan Kesehatan Masyarakat Inggris (PHE), Institut Perlindungan Kesehatan Nasional (NIHP), dan para mitra, termasuk Kelompok Kerja Laboratorium Global SARS CoV-2 di bawah naungan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menurut keterangan yang sama.
"Mereka akan bekerja secara langsung terhadap sampel yang dikirimkan dari luar negeri, atau akan memberikan nasihat dan dukungan ahli secara daring jika negara mitra sudah memiliki kemampuan di bidang ini namun meminta bantuan lebih lanjut," dikutip dari keterangan Kedutaan Besar Inggris di Jakarta.
"Tawaran tersebut dapat mencakup pelatihan dan sumber daya serta personel dan peralatan," katanya menambahkan.
Menteri Hancock, dalam pidatonya, menyebut bahwa platform ini tidak hanya membuat negara-negara mempunyai pemahaman lebih mengenai COVID-19 serta pola penyebarannya, namun juga akan meningkatkan kemampuan global agar siap menghadapi kasus serupa di masa mendatang.
Virus varian baru COVID-19, yang dinamai jenis B.1.1.7, terdeteksi pertama kali di Inggris pada November 2020--hampir satu tahun setelah pandemi pertama kali menyebar ke seluruh dunia--namun diyakini muncul sejak September 2020, kata Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).
Bagaimanapun, Inggris menyebut bahwa virus COVID-19 jenis baru yang seringkali dirujuk sebagai "varian Inggris" tersebut tidak berarti sudah pasti berasal dari negaranya.
"Inggris melakukan jauh lebih banyak pengujian genom daripada negara lain-- lebih dari 50% dari total sekuens yang diselesaikan di seluruh dunia--jadi sangat masuk akal bahwa Inggris akan seringkali menjadi negara yang sering menemukan varian baru," kata Dua Besar Jenkins.
Inggris tawari Indonesia berkolaborasi lacak varian baru COVID
Sabtu, 30 Januari 2021 12:18 WIB