Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menilai Indonesia butuh banyak talenta digital untuk menghadapi era Industri 4.0.
"Menghadapi era industri 4.0, Indonesia masih kekurangan tenaga terampil maupun ahli talenta digital," kata Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif, Kemenparekraf, Muhammad Neil El Himam, Selasa.
Neil mengutarakan hal tersebut saat acara wisuda daring JuaraGCP dari Google Indonesia.
Mengutip laporan Bank Dunia pada 2016, dia menyatakan Indonesia kekurangan sekitar 9 juta talenta digital semi terampil dan terampil dalam kurun waktu 15 tahun.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Indonesia rata-rata perlu mencetak sekitar 600 ribu talenta digital setiap tahun.
Baca juga: DPR mendorong kesiapan UMKM lakukan transformasi digital
Indonesia pada era Industri 4.0 ini diperkirakan membutuhkan talenta digital dalam bidang, antara lain, 5G, komputasi awan atau cloud, big data dan soft skill untuk mendukung profesionalitas mereka.
"5G dan cloud akan mengubah lansekap ekonomi digital di Indonesia," kata Neil.
Dia mencontohkan salah satu sektor yang akan berkembang di era cloud dan 5G adalah cloud gaming.
Kemenparaekraf dalam mendukung ekosistem ekonomi digital di Indonesia memiliki program, antara lain, Bekraf Digital Talent dan Go Startup Indonesia.
Dalam acara yang sama, pimpinan Google Cloud Indonesia, Megawaty Khie, mengatakan program JuaraGCP melatih lebih dari 12.000 pengembang di Indonesia di 60 kota, untuk bidang analisis data, machine learning dan DevOps.
Baca juga: Formasi kunci utama digital marketing bisnis properti efektif
Mengutip laporan Boston Consulting Group, akan ada 345.000 pekerjaan baru pada 2023 jika teknologi cloud publik diadopsi secara signifikan di Indonesia.
Teknologi komputasi awan atau cloud dibutuhkan untuk mendukung transformasi digital, bukan hanya bagi perusahaan rintisan, namun, perusahaan mana pun agar bisnis mereka tetap dapat bersaing.