Banjarmasin (ANTARA) - Anggota DPRD Kalimantan Selatan (Kalsel) Dr H Karlie Hanafi Kalianda SH MH mengungkapkan, petani jeruk Kabupaten Barito Kuala (Batola) atau wilayah barat provinsi Kalsel mengharapkan nilai tambah dari hasil produksi perkebunan mereka.
"Petani jeruk tersebut mengemukakan harapan mereka ketika saya reses , pada 27 - 31 Oktober 2020," ujar wakil rakyat asal daerah pemilihan (Dapil) Kalsel III/Kabupaten Batola itu melalui WA, Ahad.
Dikatakannya, produksi atau hasil panen jeruk di daerah pertanian pasang surut Batola tersebut saat ini sedang berlimpah, yaitu bisa mencapai 5.000 ton per petani, dan harga pada tingkat petani juga lumayan bagus, yaitu mencapai Rp5.000 per kilogram.
Namun petani jeruk di daerah sentra perkebunan jeruk, yaitu di Desa Karang Indah, Puntik Dalam dan Desa Karang Bunga, Kecamatan Mandastana, Batola masih berharap hasil panen mereka bisa memberikan nilai tambah secara ekonomi.
"Hasil perkebunan jeruk saat ini memang sudah cukup bagus, tapi kami mengharapkan ada nilai tambah, seperti di Pulau Jawa, banyak makanan atau minuman ringan dari bulah apel,” ujar M.Zaini Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Karang Indah.
Misalnya, lanjut dia, produksi jeruk dari Desa Karang Indah ini bisa dibuat minuman kemasan, serbuk jeruk, keripik jeruk, dan sebagainya.
Menanggapi aspirasi yang dilontarkan dalam kegiatan reses yang digelar dengan menerapkan protokol Kesehatan itu, Karlie yang juga Ketua Fraksi Partai Golkar (FPG) DPRD Kalsel mengatakan, untuk meningkatkan nilai tambah dari hasil jual produksi jeruk, bisa dengan mencontoh di Pulau Jawa.
“Masalah ini akan saya sampaikan kepada pihak yang berkompeten di tingkat provinsi maupun kabupaten untuk ditindaklanjuti, sehingga harapan masyarakat setempat benar-benar bisa terealisasi yaitu memberikan nilai tambah pada produksi jeruk yang saat ini pemasarannya sudah mencapai pulau Jawa,” ujarnya.
“Dengan memberikan nilai tambah terhadap hasil pertanian jeruk, pada gilirannya akan meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan masyarakat petani Batola yang menggunakan kata 'Salidah' dalam motto daerah kabupaten tersebut," lanjutnya.
Selain jeruk, lima desa yang Karlie kunjungi dalam kegiatan resesnya yaitu Karang Indah, Puntik Dalam, Jejangkit Muara, Jejangkit Pasar, dan Karang Bunga, kesemua itu mengandalkan pertanian padi sebagai mata pencarian utama warga masyarakat setempat.
“Masyarakat di lima desa yang saya kunjungi mengandalkan pertanian padi lokal dan padi unggul sebagai mata pencarian,” ungkap mantan aktivis mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat (ULM d/h Unlam) Banjarmasin itu.
Hasil pertanian padi, mencukupi untuk kebutuhan pangan sehari-hari warga masyarakat "Bumi Salidah" Batola (kata Salidah sebuah filosofi kebersamaan, karena penduduknya majemuk) tersebut dan selebihnya mereka jual.
"Tetapi untuk pertanian padi, masyarakat setempat mengharapkan distribusi pupuk tepat waktu. Sebab petani mengeluhkan distribusi sering tidak tetap waktu," ungkapnya mengutip keluhan petani padi Batola tersebut.
"Artinya saat petani memerlukan atau musim tanam pupuk bersubsidi tidak tersedia. Justru ketika tidak begitu perlu seperti waktu panen justru pupuk tersedia,” kutip laki-laki kelahiran 1952 berbintang Virgo tersebut.
Untuk masalah pupuk tersebut, wakil rakyat yang cukup akrab dengan awak media massa itu, juga akan mencarikan solusi dengan mempertanyakan proses distribusinya ke instansi yang berwenang baik di tingkat provinsi maupun kecamatan.
Berbagai permasalahan lain juga terungkap dalam kegiatan reses wakil rakyat yang senang musik irama Jazz tersebut seperti permohonan perbaikan jalan dan jembatan, masalah kamtibmas, kesenian, olahraga, dan lain-lain.
Kegiatan reses Karlie Hanafi Kalianda tersebut mendapat sambutan antusias dari warga desa yang dia datangi, namun mengingat protokol kesehatan, terpaksa jumlah mereka yang datang terbatas, sehingga tidak menimbulkan kerumunan, tetap menggunakan masker dan menjaga jarak.