Martapura, (Antaranews Kalsel) - Pemerintah Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, mendukung upaya pemertahanan bahasa daerah yang dilakukan oleh berbagai pihak dalam rangka pelestarian salah satu khasanah budaya bangsa Indonesia.
"Kami mendukung upaya yang dilakukan berbagai pihak dalam pemertahanan bahasa daerah dan diharapkan seluruh masyarakat juga turut mendukung," ujar Bupati Banjar Khairul Saleh di Martapura, Kamis.
Hal itu dikatakan bupati melalui Sekretaris Daerah Nasrun Syah pada Seminar Nasional Bahasa Daerah 2014 yang diselenggarakan Balai Bahasa Provinsi Kalsel di Mahligai Sultan Adam Martapura, Kabupaten Banjar.
Menurut bupati, pemertahanan bahasa daerah bukan membangun egoisme kedaerahan, tetapi upaya membangun interaksi bahasa untuk bersanding memperkaya khazanah bahasa nasional, Bahasa Indonesia.
"Makanya, sangat wajar Undang-Undang dan peraturan pemerintah baik di pusat maupun daerah yang memberikan ruang pelestarian dan pengembangan kebudayaan sebagai bagian dari pemertahanan," ucapnya.
Dikatakan, Pemkab Banjar telah melakukan upaya pemertahanan bahasa daerah melalui kebijakan pemberian nama-nama jalan dan perkantoran menggunakan aksara Arab Melayu (Arab Gundul).
Ditekankan, pandangan sebagian orang, upaya itu hanya dalam tataran simbolik tetapi Pemkab Banjar yakin langkah tersebut merupakan jalan pembuka menuju substansi nyata pemertahanan budaya dan bahasa.
"Kami menilai, langkah tersebut strategis dalam upaya pemertahanan bahasa daerah dan terus dilakukan sebagai sosialisasi sehingga setiap masyarakat tahu terhadap budaya dan adat istiadat Banjar," ujarnya.
Seminar nasional yang diikuti ratusan peserta dari berbagai kalangan dan profesi tersebut mengangkat tema "Pergeseran Bahasa Daerah dan Solusinya sebagai Upaya Pemertahanan Bahasa Daerah".
Selain Bupati Banjar sebagai pembicara utama, juga hadir empat pemakalah utama diantaranya Guru Besar Universitas Palangkaraya Prof Dr Petrus Poerwadi MS, Dr H Zulkifli MPd dari Universitas Lambung Mangkurat.
Guru besar FKIP Unlam yakni Prof MP Lambut yang juga dikenal sebagai tokoh masyarakat Dayak di Kalsel juga hadir termasuk budayawan Adjim Arijadi serta undangan dan peserta dari Kalsel dan berbagai provinsi.
Plh Kepala Balai Bahasa Kalsel, Syamsuddin mengatakan, seminar sebagai salah satu upaya untuk mempertahanan bahasa daerah sebagai lambang daerah sehingga harus dilestarikan.
"Kami mengundang pembicara dari berbagai daerah di Indonesia seperti Balai Bahasa di Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera hingga Papua untuk mencari solusi atas pergeseran bahasa daerah," katanya.