"Terwujud pembagunan PCM, maka ruangan kerja putra-putri Pelaihari bisa bekerja di sini, baik menjadi karyawan toko atau penjaga toko cleaning service dan security," ujar Komisaris Utama PT Parembe H Mawardi, di Pelaihari, Sabtu (27/6).
Bahkan, menurut dia, PCM menjadi salah ikon kota Pelaihari dan memberikan kontribusi pendapatan daerah dari transaksi jual beli serta harga tanah di sekitar juga akan naik.
"Dipilihnya Pelaihari sebagai tempat pengembangan investasi saat itu karena sesuai laporan keuangan Bank Kalimantan Selatan Tanah Laut pemegang sahamnya dan pembangunan ekonomi tertinggi di seluruh kabupaten dan kota di Kalimantan Selatan, bahkan mengalahkan Banjarmasin.
Dengan dihentikannya pembangunan PCM, ungkap dia pihaknya sangat kecewa, harusnya bupati selaku pihak kedua di dalam perjanjian kerjasama tersebut mengayomi dan menyurati PT Parembe selaku investor.
" Kami harapkan hal ini semoga tidak terulang lagi karena 2018 pernah terjadi dan saat ini tahun 2020 terjadi lagi,"ucapnya.
Lebih lanjut dia mengemukakan, pada saat menghibahkan jalan pada tahun 2019, Pemkab Tanah Laut sudah berjanji bangun saja dulu dan perizinan bisa menyusul.
"Saat bangunan ini pwmbangunan sudah berjalan 50 persen, kami mohon ada kebijakan relaksasi dari Pemkab Tanah Laut,"pintanya.
Sementara, Direktur Legal PT Parembe Embe Nur Wakibmengatakan, dalam nota kesepahaman Pelaihari City akan dijadikan kota satelit dan menjadi kawasan kebanggaan Tanah Laut.
"Kalau kita berpijak kepada perjanjian kerjasama dan nota kesepahaman, maka ada sebuah konsekuensi hukum hukum perdata karena nota kesepahaman ini antara bupati selaku kepala daerah dengan investor,"tegasnya.
Dengan adanya pembangunan PCM, jelasnya, tenaga kerja lokal terserap.
