Banjarmasin (ANTARA) - Pengamat sosial kemasyarakatan di Kalimantan Selatan (Kalsel) Rahmubasyahahajar berpendapat, kecintaan kaum Muslim, terutama di provinsinya terhadap ulama, terlebih kepada sang guru tampaknya melebihi dari ketakutan pada virus Corona atau COVID-19.
Pengamat sosial kemasyarakatan yang berusia lebih 60 tahun itu mengemukakan pendapatnya di Banjarmasin, Ahad dengan melihat pengalaman serta fenomena kaum Muslim dari urang Banjar Kalsel selama ini.
Seperti saat meninggalnya Tuan Guru Haji Ahmad Zuhdiannoor yang akrab dengan sapaan Guru Zuhdi (48). Saat kedatangan jenazah dari Bandara Internasional Sjamsudin Noor Banjarmasin hingga pemakaman almarhum, ribuan kaum muslim berdatangan.
Padahal pihak pemerintah atau aparat keamanan sudah mengimbau/mengingatkan agar tidak ada kerumunan massa sehubungan dengan masih mewabahnya COVID-19, sehingga sulit untuk memutus mata rantai penyebaran virus yang membahayakan jiwa manusia itu.
Peringatan baik dalam lisan maupun tertulis seperti lewat spanduk kurang mereka hiraukan karena ekspresi ikatan emosional terhadap ulama atau sang Guru Zuhdi yang meninggal dunia di Rumah Sakit Medistra Jakarta, Sabtu pagi.
Kaum Muslim yang bergerombol tersebut seakan lupa dan tak menghiraukan lagi terhadap COVID-19 yang mengintai serta mengancam kehidupan mereka manakala lalai seperti tanpa alat pelindung diri (APD), kendati almarhum bukan terkena virus yang membahayakan dan bisa menular itu.
"Kecintaan terhadap ulama atau Sang Guru tidak bisa dipungkiri dalam tatanan kehidupan sosial budaya dan kemasyarakatan urang Banjar Kalsel yang juga terkenal agamais (religius)," ujar pengamat yang banyak mempelajari Antropologi Budaya tersebut.
"Jadi tinggal bagaimana membijaksanai agar nilai-nilai yang oleh urang Banjar Kalsel menganggapnya positif bisa jalan, dan di sisi lain pencegahan serta penanganan COVID-19 juga terlaksana dengan aman dan lancar," lanjutnya.
Contoh lain dari fenomena kecintaan kaum Muslim Banjar Kalsel terhadap ulama atau Sang Guru panutan terlihat ketika acara haulan almarhum Tuan Guru Haji Muhammad Zaini Abdul Ghani atau Guru Ijai yang juga dengan sebutan Guru Sakumpul minggu pertama Maret lalu.
Ketika itu, bukan saja Sakumpul (40 kilometer utara Banjarmasin) yang merupakan tempat pengajian almarhum Guru Haji Ijai, melainkan "kota intan" Martapura Kabupaten Banjar, Kalsel bagaikan lautan manusia karena jutaan orang datang dari berbagai pelosok Indonesia untuk menghadiri haulan.
"Tetapi ketika itu tidak masalah dengan jutaan orang menghadiri haul ke 15 Guru Sakumpul, 5 Rajab 1441 Hijriah di kota berjuluk Serambi Mekkah Kalsel tersebut, karena COVID-19 berlum mewabah di provinsi yang terdiri atas 13 kabupaten/kota dan kini berpenduduk lebih empat juta jiwa," demikian Rahmubasyahahajar.
Pengamat : Kecintaan terhadap ulama melebihi ketakutan pada corona
Minggu, 3 Mei 2020 6:33 WIB