Volume ekspor karet Kalimantan Selatan mengalami kenaikan signifikan hingga 64,84 persen pada 2012 atau sebesar 81,7 ribu ton dibanding volume ekspor pada 2011 sebesar 49,7 ribu ton.
Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Gusti Yasni Iqbal di Banjarmasin, Rabu, mengatakan bahwa kenaikan volume ekspor yang cukup signifikan tersebut ternyata justru berbanding terbalik dengan nilai ekspor yang justru minus 1,3 persen.
Pada tahun 2011, periode Januari hingga Desember, nilai ekspor karet Kalsel sebesar 231,4 juta dolar AS, kemudian pada tahun 2012 periode sama menjadi 229 juta dolar AS.
"Penurunan nilai ekspor karet tersebut terjadi karena sejak terjadinya krisis ekonomi Eropa harga karet terus turun," katanya.
Penurunan nilai ekspor karet tersebut, kata dia, secara umum tidak terlalu berpengaruh terhadap nilai ekspor Kalsel secara menyeluruh karena dibanding komoditas ekspor batu bara, nilai ekspor Kalsel masih sangat kecil.
"Saat ini, nilai ekspor terbesar kita masih disumbang batu bara sehingga naik-turunnya nilai ekspor karet tidak terlalu berpengaruh besar," katanya.
Hanya saja, kata dia, rendahnya harga karet dunia sangat berpengaruh ke petani secara langsung karena berkaitan dengan tingkat kesejahteraan petani perkebunan secara luas.
Dengan demikian, kata dia, pemerintah tetap harus segera mencari solusi untuk mengantisipasi rendahnya harga karet dunia, antara lain, dengan mencari pasar baru di luar negara Eropa.
Sebelumnya, Gubernur Kalsel Rudy Ariffin berharap pemerintah pusat bisa mendorong berkembangnya perusahaan sektor hilir di Kalsel guna mengantisipasi ledakan pengangguran akibat lesunya berbagai komoditas ekspor di daerah itu.
Menurut Gubernur, Kalsel adalah daerah yang kaya dengan bahan baku industri, baik itu batu bara, karet, maupun CPO. Namun, pada kenyataannya daerah ini minim perusahaan sektor hilir.
Misalnya, kata Gubernur, saat ini Kalsel hanya terpaku pada ekspor CPO tanpa diimbangi dengan tumbuhnya perusahaan minyak goreng, kosmetik, minyak harum, dan lainnya yang merupakan hasil turunan dari perkebunan kelapa sawit.
Selama ini, kata dia, CPO Kalsel dikirim ke berbagai daerah dan negara, sebagai bahan baku berbagi produk tersebut. Seandainya perusahaan minyak goreng dan lainnya ada di Kalsel, tentu akan mampu menekan biaya produksi dan transportasi.
Selain itu, juga menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi Kalsel, terutama mampu mengurangi pengangguran yang ada di daerah tersebut.
Begitu pula dengan karet, menurut dia, akan jauh lebih baik di daerah itu bila ada perusahaan pembuatan ban dan lainnya.
Ke depan, kata dia, pihaknya akan terus mendorong perusahaan-perusahaan tersebut untuk membangun industri mulai hulu hingga hilir, melalui pemberian insentif, antara lain, dengan mempercepat dan mempermudah izin pendirian usaha.
Volume Ekspor Karet Naik 64,84 Persen
Rabu, 13 Februari 2013 20:37 WIB