Painan, (ANTARA) - Petani di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat mengeluhkan rendahnya harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit produksi kebun rakyat yang anjlok hingga Rp600 per kilogram dari pekan sebelumnya Rp800 per kilogram.
"Situasi ini sangat tidak menguntungkan, apalagi saat Ramadhan kebutuhan cenderung naik, sementara harga jual TBS malah anjlok," kata seorang petani asal Kecamatan Lengayang, Nasrul (50) di Painan, Rabu.
Ia memperkirakan harga saat ini akan terus anjlok hingga masuknya Lebaran dan setelah itu secara perlahan kembali naik, namun sedikit.
Hampir setiap tahun kejadian seperti ini, semakin tinggi kebutuhan jelang Lebaran harga TBS kelapa sawit malah semakin turun, ini mesti menjadi perhatian pemerintah.
Ia mengatakan sepanjang 2019 harga TBS kelapa sawit tidak kunjung membaik, harga paling tinggi hanya Rp950 per kilogram.
"Naiknya lambat, namun anjoknya cepat dan ini terjadi dari tahun ke tahun," katanya.
Petani lainnya Muis (60) mengaku dengan harga saat ini ia hanya mengantongi uang Rp700.000 per sekali panen dari produksi dua hektare lahan kelapa sawit miliknya.
"Per panen kebun saya memproduksi tandan buah segar sebanyak dua ton, dan per ton panen mesti mengeluarkan ongkos Rp250.000 yang mencakup biaya panen dan biaya angkut ke lokasi toke atau pembeli, bersihnya dapat Rp700.000," jelasnya.
Akibat harga yang tidak menguntungkan, sepanjang tahun ini ia mengaku tidak mampu memupuk lahan kelapa sawitnya sehingga produksinya rendah.
"Dengan harga ini jangankan untuk memupuk, untuk memenuhi kebutuhan keluarga saja para petani mesti memutar otak," sebutnya.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Pesisir Selatan, Nuzirwan mengaku tidak bisa berbuat banyak perihal murahnya harga TBS kelapa sawit produksi kebun rakyat.
"Penetapan harga seperti halnya produksi kebun plasma sulit diwujudkan, salah satu upaya agar harga bersaing ialah mendatangkan investor pengelola tandan buah segar kelapa sawit," katanya.
Setidaknya di daerah setempat terdapat areal kelapa sawit kebun rakyat lebih kurang 73.000 hektare, sementara perusahaan kelapa sawit yang ada hanya tiga unit. Setiap bulan produksi TBS banjir sementara perusahaan penampungnya sedikit.