Masyarakat adat Dayak Meratus di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, memperkirakan tidak bisa panen madu kedua yang biasanya berlangsung antara September - Oktober mendatang.
Menurut tokoh masyarakat adat Dayak Meratus di Hinas Kanan, Kecamatan Hantakan, Mido Basmi saat ditemui di Barabai, ibu kota Hulu Sungai Tengah (HSU), Rabu, perkiraan itu berdasarkan kondisi cuaca saat ini.
"Cuaca panas disertai hujan yang sering turun secara mendadak, membuat tanaman gagal berbunga sehingga lebah kesulitan mencari makan," ujarnya.
Mencari madu di hutan merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat adat Dayak Meratus di HST selain usaha utama sebagai petani karet dan padi tugal.
Dalam suatu wilayah Balai Adat, setiap "umbun" atau kepala keluarga memiliki pohon madu atau pohon besar tempat bersarangnya lebah hutan.
Ia mengatakan, dalam satu tahun madu hutan dapat di panen dua kali, pertama antara bulan Februari - Maret dan kedua pada September - Oktober.
"Pada kondisi musim normal, harusnya saat ini sudah memasuki musim kemarau dimana pohon buah dan tanaman hutan berbunga," katanya.
Namun hujan yang sering turun mendadak di saat cuaca panas membuat tanaman gagal berbunga dan bilapun ada yang berbunga maka tidak bertahan lama akan membusuk.
"Bila kondisi cuaca seperti ini terus terjadi hingga Agustus mendatang, dapat dipastikan panen madu kedua tidak dapat dilakukan," tambahnya.
 Kemungkinan tidak dapat melakukan panen madu kedua cukup mengkhawatirkan masyarakat adat Dayak Meratus, terlebih lagi saat ini sudah selesai panen padi dan harga karet sebagai komoditas utama tengah anjlok/Fatur/D. Â