Memasuki bulan Ramadhan, harga buah enau sebagai bahan baku kolang kaling di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, mengalami kenaikan hingga 100 persen.
Menurut seorang pembuat kolang kaling, Halimah saat ditemui di Desa Kambat, Kecamatan Pandawan, sekitar 8 Km dari Barabai, ibu kota Hulu Sungai Tengah (HST), Rabu, kenaikan terjadi seiring dengan meningkatnya permintaan pasar.
"Bulan Ramadhan ini permintaan kolang kaling meningkat sehingga dibutuhkan lebih banyak buah enau sebagai bahan baku," ujarnya.
Tingginya kebutuhan akan buah enau mengakibatkan harga bahan baku kolang kaling tersebut mengalami kenaikan hingga 100 persen.
Ia mengatakan, bila sebelum Ramadhan harga satu tandan buah enau berkisar antara Rp5 ribu hingga Rp6 ribu, saat ini harganya sudah mencapai Rp10 ribu hingga Rp12 ribu.
"Selain harganya naik, buah enau juga sulit di dapat. Karena itulah kami kadang terpaksa mencari ke luar daerah seperti ke Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Balangan," katanya.
Bila buah enau dibeli dari luar daerah, maka biaya produksi menjadi bertambah karena adanya biaya angkut.
Penambahan biaya produksi juga terjadi karena naiknya harga kayu bakar dari Rp130 ribu perku bik menjadi Rp150 ribu.
Selain itu, tambahnya, masih harus mengeluarkan biaya lagi untuk upah mengupas buah enau sebesar Rp150 per kilogram.
"Untuk mensiasati kenaikan harga bahan baku dan meningkatnya biaya produksi serta tingginya permintaan pasar, harga kolang kaling dinaikkan dan takarannya di kurangi," tambahnya.
Bila pada hari biasa harga satu takar kolang kaling dari kotak sabun deterjen ukuran sedang Rp500 maka bulan Ramadhan ini harganya naik menjadi Rp1 ribu.
 Selain itu, bila pada hari biasa takaran kolang kaling sampai penuh maka pada bulan Ramadhan ini para penjual memotong takaran kolang kaling sekitar 1 cm sehingga isinya lebih sedikit./Fatur/D
