Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Anggota DPRD Kalimantan Selatan H Karlie Hanafi Kalianda berpendapat, usaha perkebunan jeruk atau limau di Kabupaten Barito Kuala (Batola) cukup menjanjikan, artinya memberikan harapan yang baik.
"Namun bagaimana cara agar petani/pekebun jeruk itu terbebas dari jeratan ijon atau tengkulak," tutur Karlie yang juga Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD Kalimantan Selatan (Kalsel) tersebut di Banjarmasin, Jumat.
Pasalnya, tutur wakil rakyat asal daerah pemilihan Kalsel III/Kabupaten Batola itu, kalau terjerat ijon, maka pendapatan petani jeruk tersebut kurang menggembirakan.
"Dampak lain dari tidak maksimalnya atau kurang menggembirakannya pendapatan bisa membuat malas petani jeruk untuk menekuni usaha mereka," lanjut mantan aktivis mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin itu menjawab Antara Kalsel.
Pendapat Karlie yang juga anggota Komisi II Bidang Ekonomi dan Keuangan DPRD Kalsel itu sekembali dari reses di "Bumi Salidah" Batola yang merupakan daerah pertanian pasang surut tersebut, 7 - 11 November lalu.
Wakil rakyat bergelar doktor bidang ilmu hukum itu mengaku terenyuh dan prihatin atas nasib petani jeruk di Batola yang belum bisa terlepas dari jeratan ijon atau permainan tengkulak.
Sebagai contoh harga jeruk pada tingkat petani/di kebun per kilogram hanya Rp3.000, tetapi ketika komoditas tersebut berada di Handil Bakti Batola (cuma berjarak belasan kilometer) harga jual menjadi Rp6.000.
Begitu pula ketika jeruk tersebut berada di Banjarmasin (berjarak sekitar 25 kilometer dari sentra perkebunan itu) per kilogram minimal Rp10.000, dan sampai Rp15.000 (dengan kualitas yang sama).
Laki-laki penggemar musik irama jaz itu berkeyakinan, kalau harga jeruk pada tingkat petani menggembirakan, dapat dipastikan mereka akan lebih bersemangat lagi menekuni usaha tersebut.
Oleh sebab itu, mungkin pemerintah daerah memberikan solusi agar Batola sebagai sentra jeruk di Kalsel semakin tumbuh dan berkembang, yang pada gilirannya pula menumbuhkembangkan ekonomi kerakyatan, demikian Karlie Hanafi Kalianda.
Dalam reses selama lima hari di Batola yang merupakan daerah penerima transmigrasi tersebut, Karlie menemui warga masyarakat setempat/konstituennya pada lima titik, antara lain Kecamatan Mandastana dan Wanaraya.
Perkebunan jeruk Batola Kalsel cukup menjanjikan
Jumat, 16 November 2018 8:08 WIB
Dampak lain dari tidak maksimalnya atau kurang menggembirakannya pendapatan bisa membuat malas petani jeruk untuk menekuni usaha mereka