Jakarta (AntaraNews Kalsel) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyebut investor China dan Perancis tertarik membangun pabrik baterai lithium di Halmahera Utara, Maluku Utara, yang nantinya akan digunakan sebagai sumber energi kendaraan listrik.
Luhut seusai Seminar and Exhibition Electric Car di Jakarta, Selasa, mengatakan pada tahap awal, kerja sama investor China dan Perancis itu akan menggelontorkan lima miliar dolar untuk pembangunan pabrik baterai lithium.
"Investor ini akan peletakan di Halmahera Utara. Saya minta kalau mau serius, bikin baterai lithium dan dia mau. Jadi mereka sudah setuju, (pengusaha) China ini mau investasi lima miliar dolar tahap pertama. Selanjutnya dia mau investasi nanti lima miliar untuk tahap kedua," katanya.
Mantan Menko Polhukam itu menilai masuknya investor tersebut diharapkan dapat mendorong pengembangan mobil listrik di Indonesia.
Menurut dia, pengembangan mobil listrik masih terkendala oleh pasokan baterai yang masih harus diimpor. Padahal, bahan baku baterai lithium berupa nikel dan kobalt melimpah di dalam negeri.
Lebih lanjut, Luhut menilai peralihan ke kendaraan listrik penting untuk dilakukan saat ini. Selain ramah lingkungan, penggunaan kendaraan listrik, utamanya dari sumber diversifikasi energi, akan lebih efisien dan berbiaya operasional rendah.
"Kenapa kendaraan listrik? Diversifikasi sumber energi listrik dapat diperoleh dari berbagai sumber pembangkit, dan kita bisa buat. Biaya operasi lebih murah, efisiensi paling tinggi, dan rendah emisi yang paling penting. Kita harus belajar hidup dalam ramah lingkungan saat ini," ujarnya.
Baca juga: Luhut minta industri mobil listrik dibangun Bekasi-Karawang-Purwakarta
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mendorong penggunaan sumber energi listrik ramah lingkungan dalam pengembangan kendaraan listrik.
Ia menyebut di masa mendatang diharapkan stasiun elektrik untuk mengisi daya kendaraan listrik bisa menggunakan teknologi energi terbarukan seperti panel surya atau bahan bakar nabati.
"Kombinasi antara kendaraan listrik dengan biofuel tentu akan hemat devisa dan juga membuat industri kita tetap berkelanjutan karena sumber yang ramah lingkungan," pungkasnya.
Baca juga: Pemerintah ingin gandeng Korea untuk produksi baterai mobil listrik
Luhut seusai Seminar and Exhibition Electric Car di Jakarta, Selasa, mengatakan pada tahap awal, kerja sama investor China dan Perancis itu akan menggelontorkan lima miliar dolar untuk pembangunan pabrik baterai lithium.
"Investor ini akan peletakan di Halmahera Utara. Saya minta kalau mau serius, bikin baterai lithium dan dia mau. Jadi mereka sudah setuju, (pengusaha) China ini mau investasi lima miliar dolar tahap pertama. Selanjutnya dia mau investasi nanti lima miliar untuk tahap kedua," katanya.
Mantan Menko Polhukam itu menilai masuknya investor tersebut diharapkan dapat mendorong pengembangan mobil listrik di Indonesia.
Menurut dia, pengembangan mobil listrik masih terkendala oleh pasokan baterai yang masih harus diimpor. Padahal, bahan baku baterai lithium berupa nikel dan kobalt melimpah di dalam negeri.
Lebih lanjut, Luhut menilai peralihan ke kendaraan listrik penting untuk dilakukan saat ini. Selain ramah lingkungan, penggunaan kendaraan listrik, utamanya dari sumber diversifikasi energi, akan lebih efisien dan berbiaya operasional rendah.
"Kenapa kendaraan listrik? Diversifikasi sumber energi listrik dapat diperoleh dari berbagai sumber pembangkit, dan kita bisa buat. Biaya operasi lebih murah, efisiensi paling tinggi, dan rendah emisi yang paling penting. Kita harus belajar hidup dalam ramah lingkungan saat ini," ujarnya.
Baca juga: Luhut minta industri mobil listrik dibangun Bekasi-Karawang-Purwakarta
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mendorong penggunaan sumber energi listrik ramah lingkungan dalam pengembangan kendaraan listrik.
Ia menyebut di masa mendatang diharapkan stasiun elektrik untuk mengisi daya kendaraan listrik bisa menggunakan teknologi energi terbarukan seperti panel surya atau bahan bakar nabati.
"Kombinasi antara kendaraan listrik dengan biofuel tentu akan hemat devisa dan juga membuat industri kita tetap berkelanjutan karena sumber yang ramah lingkungan," pungkasnya.
Baca juga: Pemerintah ingin gandeng Korea untuk produksi baterai mobil listrik
Editor: Risbiani Fardaniah