"Kita tidak ingin kelangkaan gas elpiji 3 kg terulang kembali seperti terjadi di Kalimantan Selatan (Kalsel)," ujar wakil rakyat dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) bergelar sarjana agama itu di Banjarmasin, Selasa.
Wakil rakyat asal daerah pemilihan Kalsel V/Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Balangan dan Kabupaten Tabalong itu menyarankan, agar Pertamina belajar dari pengalaman masa lalu atau sebelumnya yang membuat kelangkaan gas elpiji 3 kg.
Sebagai contoh masalah gelombang tinggi yang sering menjadi alasan keterlambatan pengiriman atau pasokan sehingga mengakibatkan kelangkaan, tuturnya sebelum melaksanakan reses atas pertanyaan Antara Kalsel.
"Sebenarnya jika Pertamina memiliki kepekaan dan sikap antisipatif yang tinggi, saya berkeyakinan kelangkaan gas elpiji bersubsidi (3 kg) tidak akan terulang," demikian Suwardi Sarlan.
Guna mengecek keadaan persediaan dan penyaluran gas elpiji bersubsidi dalam tabung menyerupai buah melon itu, Ketua Komisi II DPRD Kalsel bersama anggota H Yadi Ilhami SHI MH melakukan inspeksi mendadak (sidak).
Namun dalam sidak ke beberapa agen dan pangkalan penyaluran gas elpiji 3 kg di Banjarmasin, Senin (26/2) tidak menemukan permasalahan, karena bahan bakar keperluan rumah tangga tersebut tersedia.
Sebagaimana pada salah satu stasiun pengisian bahan bakar elpiji (SPBE) yang merupakan agen komoditas tersebut, tiap hari mendapatkan pasokan 60 mitrik ton melayani 35 truk untuk wilayah Banjarmasin dan satu truk buat Kabupaten Tanah Laut (Tala).
Tiap truk tersebut rata-rata mengangkut 560 tabung gas elpiji 3 kg yang selanjutnya menyuplai pangkalan di wilayah itu, dengan harga eceran tertinggi (HET) Rp17.500/tabung untuk Banjarmasin