Balangan, (Antaranews Kalsel) - Kisah bocah kakak beradik dari Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan, Maswi (12) yang berjuang demi kesembuhan adiknya, Siti Fatimah (10), sangat menggugah hati dan mendapatkan perhatian luas dari berbagai elemen masyarakat di daerah ini.
Bocah yang berasal dari Desa Bihara, Kecamatan Awayan, kini harus terbaring di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ulin Banjarmasin, karena mengalami kelainan darah, bahkan ada yang mengatakan leukimia, tanpa ada orang tua di sisinya.
Fatimah yang tergolek lemas, dan berjuang melawan penyakit darah yang menimpanya,hanya didampingi sang kakak, Maswi yang merawat, mengganti popok adiknya bahkan mencarikan darah di tengah malam.
Cerita perjuangan Maswi merawat adik semata wayangnya tersebut, mendapatkan simpati cukup besar dari masyarakat Kalsel.
Cerita tentang Maswi, bagaikan cerita drama yang hadir di dunia nyata. Bagaimana tidak, bukan hanya adiknya yang mengalami sakit parah, kedua orang tua Maswi, Arbani dan Masni, seperti di ketahui penduduk sekitar, mengalami keterbelakangan mental sejak lama, terlebih keadaan mereka yang kurang mampu, ditambah lagi tertimpa musibah kebakaran beberapa waktu lalu.
Kini kedua orang tua bocah malang ini menempati sebuah rumah kecil berukuran tiga meter persegi, dengan dinding kalsiboard, didirikan diatas puing sisa berbagai macam barang kenangan yang turut terbakar di sana.
Istilah jatuh tertimpa tangga, bahkan masuk lagi ke mulut buaya, menjadi gambaran tentang kehidupan perjuangan Maswi.
Saat penulis mengunjungi rumah orang tua korban, tidak terbayangkan, bagaimana Maswi bocah yang baru berumur 12 tahun, harus bertanggung jawab mengurus seluruh anggota keluarganya, yang bukan hanya serba kekurangan, tetapi juga sakit.
Tinggalkan Sekolah
Tanggung jawab besar untuk menghidupi keluarganya, membuat Maswi terpaksa harus meninggalkan bangku kelas 6 sekolah SDN Nungka Kecamatan Awayan sejak 20 Agustur 2017.
Bocah yang seharusnya bermain dengan teman sebayanya, belajar dan duduk di bangku SD, terpaksa harus merelakan waktunya untuk merawat sang adik yang baru duduk dibangku kelas tiga SD.
Dari cerita warga, Maswi tampak tegar dan sabar merawat adik dan kedua orang tuanya, seakan tak ada yang lebih dipentingkan di dunia ini bagi Maswi, selain merawat dan menjaga adik tercintanya.
Kepala Sekolah Dasar Negeri Nungka, Fatmawati, mengatakan Maswi dikenal sosok yang mandiri dan sayang terhadap adiknya Siti Fatimah.
Maswi tak sungkan ketika mengurus segala administrasi sekolah, seperti identitas keluarga dan kartu keluarga demi keperluan sekolah.
"Niatnya terus bersekolah dan merawat adiknya, hingga mengurus administrasi kelengkapan bersekolah semua di urus Maswi. Ia sadar betul keadaan kedua orang tuanya. Namun dari pihak sekolah kita berikan pendampingan bagi urusan yang harusnya dilakukan oleh orang dewasa," tuturnya.
Maswi mengurus dan mengatur sendiri bantuan pendidikan yang diberikan kepada dia dan adiknya. Bantuan yang dimaksud dalam bentuk Kartu Indonesia Pintar dan Bantuan Dinas Sosial.
Bocah yang berasal dari Desa Bihara, Kecamatan Awayan, kini harus terbaring di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ulin Banjarmasin, karena mengalami kelainan darah, bahkan ada yang mengatakan leukimia, tanpa ada orang tua di sisinya.
Fatimah yang tergolek lemas, dan berjuang melawan penyakit darah yang menimpanya,hanya didampingi sang kakak, Maswi yang merawat, mengganti popok adiknya bahkan mencarikan darah di tengah malam.
Cerita perjuangan Maswi merawat adik semata wayangnya tersebut, mendapatkan simpati cukup besar dari masyarakat Kalsel.
Cerita tentang Maswi, bagaikan cerita drama yang hadir di dunia nyata. Bagaimana tidak, bukan hanya adiknya yang mengalami sakit parah, kedua orang tua Maswi, Arbani dan Masni, seperti di ketahui penduduk sekitar, mengalami keterbelakangan mental sejak lama, terlebih keadaan mereka yang kurang mampu, ditambah lagi tertimpa musibah kebakaran beberapa waktu lalu.
Kini kedua orang tua bocah malang ini menempati sebuah rumah kecil berukuran tiga meter persegi, dengan dinding kalsiboard, didirikan diatas puing sisa berbagai macam barang kenangan yang turut terbakar di sana.
Istilah jatuh tertimpa tangga, bahkan masuk lagi ke mulut buaya, menjadi gambaran tentang kehidupan perjuangan Maswi.
Saat penulis mengunjungi rumah orang tua korban, tidak terbayangkan, bagaimana Maswi bocah yang baru berumur 12 tahun, harus bertanggung jawab mengurus seluruh anggota keluarganya, yang bukan hanya serba kekurangan, tetapi juga sakit.
Tinggalkan Sekolah
Tanggung jawab besar untuk menghidupi keluarganya, membuat Maswi terpaksa harus meninggalkan bangku kelas 6 sekolah SDN Nungka Kecamatan Awayan sejak 20 Agustur 2017.
Bocah yang seharusnya bermain dengan teman sebayanya, belajar dan duduk di bangku SD, terpaksa harus merelakan waktunya untuk merawat sang adik yang baru duduk dibangku kelas tiga SD.
Dari cerita warga, Maswi tampak tegar dan sabar merawat adik dan kedua orang tuanya, seakan tak ada yang lebih dipentingkan di dunia ini bagi Maswi, selain merawat dan menjaga adik tercintanya.
Kepala Sekolah Dasar Negeri Nungka, Fatmawati, mengatakan Maswi dikenal sosok yang mandiri dan sayang terhadap adiknya Siti Fatimah.
Maswi tak sungkan ketika mengurus segala administrasi sekolah, seperti identitas keluarga dan kartu keluarga demi keperluan sekolah.
"Niatnya terus bersekolah dan merawat adiknya, hingga mengurus administrasi kelengkapan bersekolah semua di urus Maswi. Ia sadar betul keadaan kedua orang tuanya. Namun dari pihak sekolah kita berikan pendampingan bagi urusan yang harusnya dilakukan oleh orang dewasa," tuturnya.
Maswi mengurus dan mengatur sendiri bantuan pendidikan yang diberikan kepada dia dan adiknya. Bantuan yang dimaksud dalam bentuk Kartu Indonesia Pintar dan Bantuan Dinas Sosial.