Kandangan (ANTARA) - Penjabat (Pj) Bupati Hulu Sungai Selatan (HSS) Kalimantan Selatan (Kalsel) Hermansyah, menyampaikan inovasi "Telah Berkemas" berdampak positif, diantaranya meminimalisir inflasi daerah dan tekan kasus destructive fishing.
Hermansyah menjelaskan, sebelumnya pada 2017 inovasi ini bernama Telat Berkemas (Tetap Lestari Berdayakan Masyarakat), dan nama inovasi dirubah di 2020.
"Perubahan di 2020 seiring dengan pengembangan perluasan target kawasan, peningkatan jejaring inovasi dan kebermanfaatan melalui perubahan nama dengan konotasi yang lebih positif, yaitu menjadi Telah Berkemas (Tetap Lestari Harus Berdayakan Kelompok Masyarakat)," katanya, di Kandangan, Kabupaten HSS, Rabu.
Berbagai inovasi juga terus dilaksanakan dan kembangkan dengan fokus pembaharuan orientasi pada zero destructive fishing dan zero operational cost.
Selain itu, tidak cukup hanya dengan inovasi perikanan tangkap, namun juga dikembangkan inovasi perikanan budidaya, yaitu dengan adanya kampung gabus haruan.
Baca juga: Sosialisasi FORIKAN HSS kampanyekan gemar makan ikan
Melalui kampung ikan gabus haruan yang dapat meminimalisir lonjakan inflasi daerah, melalui peningkatan produksi budidaya ikan.
"Pengembangan ini mampu menekan fluktuasi produksi tangkap ikan gabus haruan yang bersifat musiman, agar stabil memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat di HSS khususnya, dan Provinsi Kalsel umumnya," ujarnya.
Dikatakan Herman, inovasi ini tetap pada pelestarian flasma nutfah perairan, terutama potensi perikanan yang berpusat di kawasan Danau Bangkau, Kecamatan Kandangan sebagai zona reservat utama.
Untuk diketahui Danau Bangkau dikelilingi beberapa zona pendukung, yang tersebar di Kecamatan Angkinang, Kecamatan Daha Selatan, Kecamatan Daha Utara, Kecamatan Daha Barat, Simpur dan Kalumpang.
Lebih lanjut lagi, Pj Bupati HSS mengatakan bahwa inovasi telah berkemas sudah berdampak pada pengurangan jumlah kasus destructive fishing di wilayah perairan HSS dari lima kasus di 2017, menjadi dua kasus di 2022.
Baca juga: Hasil produksi ikan tangkap dan budidaya HSS capai 21.340 ton
Hasil tangkapan ikan meningkat setiap tahunnya, fishing ground relative mudah dijangkau seiring pertumbuhan populasi ikan, karena lingkungan terjaga dari destructive fishing.
Begitu pun luas areal pengawasan bertambah dari 20 desa fishing ground 2017, menjadi 33 desa di 2022 dan Pokmaswas bertambah dari 20 kelompok di 2017 menjadi 33 kelompok di 2022.
"Dampak juga bisa kita lihat pada pertumbuhan pendapatan masyarakat nelayan tiga tahun terakhir, yang jika dirupiahkan, jumlah produksi perikanan tangkap rata-rata sebesar 9.201,47 ton per tahun dikalikan harga rata-rata Rp20 ribu per kilogram maka didapatkan hasil sekitar Rp184 milyar," terangnya.
Kepala Dinas Perikanan HSS Saidinoor menambahkan inovasi ini turut didukung dan dikuatkan fatwa MUI Kabupaten HSS, tentang larangan penggunaan setrum, potasium dan cara-cara yang tidak wajar lainnya dalam penangkapan ikan.
"MUI Kabupaten HSS telah memfatwakan hukum penggunaan setrum, potasium dan cara-cara yang tidak wajar lainnya dalam penangkapan ikan adalah haram," jelasnya.