Saat diskusi di Menara Pandang Siring Sungai Martapura Banjarmasin, Sabtu, Prof. Rustam mengatakan buku karya YS Agus Suseno tidak hanya memunculkan banyak peribahasa Banjar yang sudah langka.
Baca juga: Buku saku COVID-19 bahasa Banjar ada di aplikasi iMartapura
Baca juga: Buku saku COVID-19 bahasa Banjar ada di aplikasi iMartapura
Namun juga, lanjut Prof. Rustam, menjembatani pengetahuan kosakata yang hampir hilang dibicarakan masyarakat Banjar Kalimantan Selatan.
"Jadi ini buku yang sangat bagus, banyak bahasa Banjar yang hampir punah ada di sini," ucapnya.
Menurut Prof. Rustam, Bahasa Banjar itu adanya masih eksis, ada yang sudah hampir punah, ada yang sudah hilang.
"Sehingga jika membaca buku ini untuk generasi daerah saat ini memang perlu didampingi, karena ada bahasa-bahasa Banjar yang hampir punah bahkan sempat hilang," ujarnya.
Baca juga: Sekda Banjar bagikan buku saku COVID-19 versi Bahasa Banjar
Baca juga: Sekda Banjar bagikan buku saku COVID-19 versi Bahasa Banjar
Karena diakui Prof. Rustam, para mahasiswa banyak yang tidak mengenal peribahasa Banjar maupun bahasa Banjar, padahal asli orang Banjar.
Misalnya, peribahasa Banjar "Mancari Handayang Tajajak Suluh", semua mahasiswa tidak ada yang mengerti peribahasa itu, bahkan sebagian Bahasa Banjar.
"Bahkan ditanya arti Handayang (pelepah kelapa) saja mereka tidak tahu," ujarnya.
Ini menunjukkan, kata dia, generasi daerah saat ini banyak yang tidak mengenali atau mengerti Bahasa Banjar, apalagi mengartikan peribahasa padahal banyak hikmah di dalamnya.
Sebagaimana judul buku ini, ucap Prof Rustam, "Baruh (rawa atau sawah) Urang (orang) Dikaruni (dipinjam), Baruh (sawah) Saurang (dia) Taung (terbengkalai atau tidak tergarap)", tafsir dalam peribahasa ini memang bisa ganda, bisa diartikan menyebutkan orang yang rakus.
"Supaya orang tidak ada yang bekerja, dia ingin semuanya yang menguasai," ujarnya.
Prof. Rustam pun mengapresiasi banyak peribahasa Banjar lainnya yang bagus pada buku ini, hingga harus dipelajari dengan cermat sebagai upaya melestarikan warisan kata-kata bijak orang tua dulu.
Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Banjarmasin Ikhsan Al-Haq mengapresiasi penerbitan buku berbahasa Banjar yang banyak manfaat bagi kelestarian bahasa Banjar tersebut.
Baca juga: Diskominfo Banjar terbitkan buku saku COVID-19
Baca juga: Diskominfo Banjar terbitkan buku saku COVID-19
"Buku seperti ini jadi prioritas kami, karena kami memerlukan karya tentang tema-tema kearifan lokal dalam koleksi perpustakaan," ucapnya.
Dia pun menegaskan, buku berjudul "Baruh Urang Dikaruni, Baruh Saurang Taung" melengkapi dari keinginan pemerintah kota untuk menambah literatur dari khazanah bahasa dan peribahasa Banjar untuk masyarakat.
"Apalagi kami percaya pengarang buku ini "darah biru" juga dalam khazanah budaya Banjar, berbobot lah," ucap Ikhsan.
Karenanya, kata dia, Pemkot Banjarmasin menyambut sangat baik diterbitkannya buku ini.
Baca juga: Hj Siti Wasilah Luncurkan Buku Tata Rias Pengantin Banjar
Baca juga: Hj Siti Wasilah Luncurkan Buku Tata Rias Pengantin Banjar
"Ini buku yang sangat bagus, 100 persen bahasa Banjar," ucapnya.
Sementara itu, penulis Buku tersebut, YS Agus Suseno menyampaikan terima kasih terhadap masukan untuk buku karyanya tersebut.
Buku yang diterbitkan Tahura Media dengan lebih 300 halaman tersebut, menurut dia, dapat diterima masyarakat terutama orang Banjar.
"Memang 100 persen buku ini bahasa Banjar, karena segmennya untuk orang Banjar, termasuk diaspora Banjar yang ada di luar daerah, seperti di Indragiri, di Riau, Kuala Tungkal, Jambi hingga Malaysia dan Brunei, hingga belahan dunia lainnya," kata YS Agus Suseno.
Baca juga: Banjar miliki buku standar harga
Baca juga: Banjar miliki buku standar harga
Dia pun berharap, buku yang ditulisnya ini bisa bermanfaat besar bagi orang banyak, khususnya orang Banjar yang harus melestarikan peribahasa dan bahasa daerahnya dari kepunahan.
"Moga bisa diterima masyarakat," tutur Agus Suseno.