Kota Bogor (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Profesor Dedi Jusadi sekaligus pakar akuakultur meneliti bahwa kayu manis dan daunnya dapat meningkatkan kualitas daging ikan air tawar bernilai ekonomi tinggi hasil budidaya perairan atau akuatik seperti nila dan patin.
Profesor Dedi di Kota Bogor, Senin, mengemukakan bahwa dari hasil penelitiannya fungsi kayu manis terkonfirmasi pada beberapa organisme akuakultur meningkatkan pemanfaatan karbohidrat sebagai sumber energi sehingga efisiensi pemanfaatan protein dan pakan menjadi lebih tinggi.
"Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa penggunaan kayu manis, daun kayu manis dan senyawa bioaktif yang terkandung di dalamnya yaitu sinnamaldehid terbukti dapat berperan pada pemanfaatan karbohidrat sebagai sumber energi," jelasnya.
Selain itu, kata dia, kayu manis dapat juga meningkatkan kualitas daging beberapa komoditas ikan air tawar ekonomis penting seperti ikan nila dan ikan patin.
Dedi menyampaikan bahwa kayu manis telah lama digunakan sebagai perawatan anti-diabetes melitus tipe-2 karena memiliki kemampuan dalam meningkatkan pemanfaatan karbohidrat terutama dalam proses penyerapan glukosa darah melalui peningkatan ekspresi insulin receptor (ir) dan glucose transporter 4 (glut4) dan peningkatan oksidasi asam lemak dan lipolisis melalui ekspresi enzim Acyl-CoA synthase (ascl), carnitine palmitoyl transferase 1a (cpt1a), dan hormon sensitive lipase (hsl).
Penelitian ini dikembangkan untuk menjawab tantangan salah satu kendala yang ditemui pada produk ikan akuakultur, yaitu akumulasi lemak daging yang tinggi yang berdampak pada perubahan rasa, warna, dan tekstur.
Akumulasi lemak daging yang tinggi salah satunya disebabkan oleh tingginya asupan karbohidrat dalam pakan yang tinggi.
Karbohidrat merupakan makronutrien yang berfungsi sebagai sumber energi yang melimpah dan murah. Suplai karbohidrat yang optimum dapat mendukung efisiensi pemanfaatan protein pakan (protein sparing effect), sehingga dapat membantu dalam menurunkan biaya pakan.
Namun penggunaan karbohidrat dalam jumlah besar dapat membawa efek samping, salah satunya adalah akumulasi lemak dalam daging yang selanjutnya dapat berdampak pada kualitas daging seperti timbulnya rasa atau bau lumpur, warna yang kekuningan dan tekstur yang lembek. Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini adalah penggunaan kayu manis beserta turunannya.
Sementara, kata Profesor Dedi, daun kayu manis yang dapat meningkatkan kualitas daging ikan banyak terdapat di Indonesia seperti di Pulau Sumatera, khususnya di Kabupaten Kerinci, Jambi dan Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat.
Di sisi lain, Pulau Sumatera merupakan sentra produksi ikan patin yang dibudidaya dengan menggunakan pakan mandiri. Pemanfaatan daun kayu manis bagi pembuat pakan mandiri akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan produktivitas ikan dan mutu daging ikan.
Dedi menyampaikan, hasil penelitiannya sudah diujicobakan pada skala produksi oleh pembudidaya ikan patin Jambi melalui kerja sama antara Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB dengan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jambi pada tahun 2018 mengenai inovasi pakan mandiri dengan formula IPB yang mengandung kayu manis.
Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa ikan patin yang diberi pakan formula IPB mengonsumsi pakan lebih sedikit, namun menghasilkan biomassa panen yang lebih tinggi.
Daging ikan yang diberi pakan formula IPB juga mengandung lemak hampir 50 persen lebih rendah dan kadar protein yang lebih tinggi daripada daging ikan yang mengonsumsi pakan standar, serta memiliki warna yang lebih putih dan tidak berbau.
Baca juga: IPB siap total teliti cacar monyet setelah resmi ditunjuk pemerintah
Baca juga: YARI-IPB gencarkan penelitian pengembangan pertanian
Baca juga: Ikhtiar pembudi daya ikan memutus ketergantungan pakan pabrik
Pewarta: Linna Susanti
Editor: Biqwanto Situmorang