Kotabaru (ANTARA) - Manajemen industri semen merk "Tiga Roda" Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mencatat +3,7% pertumbuhan Pendapatan Neto pada pertengahan pertama tahun 2022 dengan jumlah Rp6.911,1 miliar.
Direktur & Corporate Secretary Indocement Tunggal Prakarsa Tbk David Halim melalui siaran pers mengatakan, Perseroan telah menaikkan harga jual semen kantong pada pertengahan Maret dan Juni untuk mendorong pertumbuhan pendapatan bersih di semester 1/2022.
Kenaikan harga beli batu bara yang sangat tinggi dan kenaikan harga BBM Industri yang membuat biaya penambangan, dan biaya logistik naik telah membuat marjin EBITDA tertekan dari +19.2% di H1-2021 menjadi 13,3% di H1-2022.
Total pengeluaran barang modal per 30 Juni 2022 adalah sebesar Rp658 miliar dari Rp1,5 triliun yang direncanakan untuk tahun 2022.
Dengan didampingi Corporate Finance Manager David Halim, Antonius menjelaskan, sampai dengan Juni 2022, program pembelian kembali saham yang telah dilaksanakan sejak Desember 2021 adalah sebesar Rp2,44 triliun.
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (”Indocement” atau “Perseroan”) membukukan volume penjualan domestik (semen dan klinker) secara keseluruhan sebesar 7,5 juta ton pada Semester 1/2022, turun 448 ribu ton atau -5,6% dari volume Semester 1/2021.
Volume penjualan semen domestik (tanpa klinker) tercatat sebesar 7,1 juta ton, turun 302 ribu ton atau -4,1% dibandingkan volume pada Semester 1/2021 yang menyebabkan pangsa pasar domestik Perseroan menjadi 24,3%. Penjualan ekspor menurun -25,9% dari 222 ribu ton pada Semester 1/2021 menjadi 165 ribu ton di Semester 1/2022.
Pendapatan Neto Perusahaan meningkat +3,7% menjadi Rp6.911,1 miliar dari Semester 1/2021 sebesar Rp6.666,9 miliar yang disebabkan oleh kenaikan harga jual pada tahun ini di Maret dan Juni.
Beban Pokok Pendapatan pada Semester 1/2022 naik 12,5% dari Rp4.572,9 miliar menjadi Rp5.142,3 miliar yang disebabkan oleh kenaikan biaya energi, terutama dari melonjaknya harga batu bara dan harga BBM Industri.
Marjin Laba Bruto turun menjadi 25,6% di Semester 1/2022 dari 31,4% di Semester 1/2021.
Untuk mengurangi biaya energi, Perseroan terus meningkatkan pemakaian konsumsi bahan bakar alternatif dari 12,2% pada akhir 2021 menjadi 17,6% pada Juni 2022, termasuk peningkatan penggunaan batu bara berkalori rendah (LCV) dari 88% menjadi 90%.
Beban Usaha juga naik sebesar 1,2% dari Rp1.485,6 miliar menjadi Rp1.503,4 miliar disebabkan oleh kenaikan biaya transportasi dan penyusutan dari penambahan aset-aset sewa pada 2022.
Akibatnya, marjin Laba Usaha turun dari 9,6% menjadi 4,8% dan marjin EBITDA berkurang dari 19,2% menjadi 13,3% pada Semester 1/2022.
Perseroan mencatatkan Pendapatan Keuangan–Neto yang lebih rendah yaitu Rp76,8 miliar di Semester 1/2021 menjadi Rp25,6 miliar, atau lebih rendah 66,7% yang disebabkan oleh suku bunga keseluruhan yang lebih rendah di Semester 1/2022 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Beban Pajak Penghasilan–Neto turun 47,2% dari Rp144,3 miliar menjadi Rp76,1 miliar disebabkan oleh penurunan laba.
Sehingga dari angka keuangan di atas, Laba Periode Berjalan turun 50,3% dari Rp586,6 miliar menjadi Rp291,5 miliar untuk Semester 1/2022.
Neraca Keuangan yang Tangguh Disebabkan adanya pembayaran dividen hasil kinerja tahun lalu dan adanya program pembelian kembali saham yang telah dilakukan sejak Desember 2021 sejumlah Rp2,44 triliun, Perseroan membukukan posisi kas bersih dengan Kas dan Setara Kas sebesar Rp3,1 triliun per Juni 2022.
Arus kas yang kuat yang dihasilkan dari operasi dan upaya gigih dari manajemen untuk meningkatkan modal kerja adalah kunci untuk mempertahankan Neraca Keuangan Perseroan yang tangguh.
Dengan Posisi Neraca Keuangan yang masih kuat dan tanpa utang pada bank, Indocement siap menghadapi tantangan pemulihan ekonomi saat ini seiring dengan terus berlanjutnya kelebihan kapasitas pasokan industri semen, dan siap untuk berpartisipasi pada peluang untuk menjaga pengadaan dan distribusi semen yang lebih efisien di masa depan.
Biaya Energi sebagai Penekanan Biaya Utama Biaya energi menjadi perhatian utama di industri semen sejak tahun lalu.
Konflik yang sedang berlangsung dari perang di Eropa Timur telah membuat situasi menjadi lebih tidak terduga dengan rekor harga batu bara terjadi kembali di Juni 2022.
Harga energi diperkirakan tetap tinggi dengan mengingat permintaan akan meningkat dari musim dingin yang akan datang.
"Kami telah menaikkan harga jual semen kantong pada Maret dan Juni tahun ini untuk meneruskan sebagian dari kenaikan biaya energi tersebut," ujarnya.
Diperkirakan volume penjualan semen curah akan tetap tinggi sebagai akibat cuaca panas dan telah dimulainya beberapa proyek komersial dan pengeluaran anggaran akhir tahun (year-end budget spending) untuk proyek infrastruktur di Semester 2/2022 ini.
Pangsa pasar semen curah pada Semester 1/2022 adalah 26% dari keseluruhan pasar semen, yang merupakan peningkatan cukup besar dari 21% pada Semester 1/2021.
Perkiraan kami untuk pertumbuhan semen secara keseluruhan pada 2022 sekarang berada di kisaran 2~4%
Sementara itu, Indocement adalah salah satu produsen semen terbesar di Indonesia yang memproduksi Semen Tiga Roda dan Semen Rajawali.
Saat ini Indocement dan entitas anaknya bergerak dalam beberapa bidang usaha yang meliputi pabrikasi dan penjualan semen (sebagai usaha inti) dan beton siap-pakai, serta tambang agregat dan trass, dengan jumlah karyawan sekitar 5.000 orang.
Indocement mempunyai 13 pabrik dengan total kapasitas produksi tahunan sebesar 25,5 juta ton semen. Sepuluh pabrik berlokasi di Kompleks Pabrik Citeureup, Bogor, Jawa Barat; dua pabrik di Kompleks Pabrik Cirebon, Cirebon, Jawa Barat; dan satu pabrik di Kompleks Pabrik Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan.