Politisi PKS itu menyatakan, di gedung dewan, Jumat, pembangunan patung maskot bekantan memang sudah menuai kontroversi sebelumnya.
Bahkan saat dibahas di komisinya yang membidangi tentang kepariwisataan diberikan banyak catatan, namun langkah Pemkot yang sangat ngotot untuk mewujudkan objek wisata itu, tentunya sudah terwujud kini tugas selanjutnya harus bisa menjaganya dari akses negatif.
"Pemkot harus bisa meminimalisir terjadinya kontroversial akses negatifnya di tengah masyarakat, seperti kemungkinan nantinya ikon itu adanya yang menjadikannya sesembahan, bawa sesajen atau kembang-kembang dan kain kuning malahan, ini menjadi tidak benar," ujarnya.
Harus dieklusifkan, kata dia, bahwa ikon itu hanya sebagai tempat wisata tidak boleh menimbulkan hal-hal yang di luar dari itu hingga membuat kerisauan di tengah masyarakat daerah ini yang diketahui sangat relegius.
Catatan lain, ujar Awan, patung bekantan raksasa itu harusnya dibuat tidak semirip aslinya, setidaknya hewan jenis kera khas daratan kalimantan itu ada menggambarkan kelucuan, bukan terlihat seram.
"Seperti adanya boneka-boneka bekantan, kan agak lucu di lihatnya, hidungnya yang sudah panjang lebih ditonjolkan lagi, sehingga kesan kemiripan sangat itu tidak ada," ucapnya.
Dia menilai, rupa bekantan yang tergambar saat ini kurang menunjukkan kelucuan, malah terlihat seram, hingga menjadikannya kurang asik dipandang.
Sebagaimana diketahui, Pemkot telah membangun ikon patung bekantan setinggi 6,5 meter dari bahan perunggu, yang nilai proyeknya di APBD 2015 sebesar Rp2,6 miliar sebagai objek wisata di tepian sungai Martapura di jalan Piare Tendean.
Ikon patung bekantan raksasa ini, kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banjarmasin Iwan Fitriadi, akan menjadi daya tarik pariwisata "Kota Seribu Sungai" sebagaimana Singapura yang memiliki ikon objek wisata terkenalnya di seluruh dunia "lion".
"Sama seperti lion di Singapura, ikon patung bekantan raksasa di daerah kita ini juga nantinya menyemburkan air, yang arahnya kesungai Martapura," paparnya.