Barabai (ANTARA) - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalimantan Selatan bekerjasama dengan United Nations Development Programme (UNDP) menjalankan program Response Toward COVID-19 Resilience (Restore) untuk membersihkan sampah pascabanjir bandang Januari 2021 lalu di sungai Hantakan Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Program yang direncanakan selama tiga bulan itu saat ini masih berjalan, tumpukan sampah yang masih ada di aliran sungai di Desa Batu Tunggal, Desa Baru, Desa Hantakan dan Desa Alat menjadi target sasaran.
Direktur Walhi Kalsel Kisworo Dwi Cahyono di Barabai, Minggu, mengatakan selain pembersihan sungai tujuan kegiatan bersama badan program pembangunan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) itu juga untuk meningkatan ekonomi masyarakat di masa pandemi COVID-19.
"Tujuan utamanya yaitu membersihkan puing kayu kayu besar yang terdampar di sungai selanjutnya diserahkan ke masyarakat untuk dimanfaatkan, sehingga bernilai ekonomis," terangnya.
Membuat lingkungan menjadi bersih hal itu dikatakannya dapat mengurangi dampak negatif yang bisa menjadi sumber penyakit.
Hal penting lainnya yang disorot Walhi yaitu puing sampah berupa kayu gelondongan yang dinilai sangat berpotensi membahayakan jiwa masyarakat apabila terjadi banjir lagi.
"Target dari program ini, untuk menormalkan sungai, mengurangi peningkatan volume dan luapan air sungai, mengurangi erosi dinding sungai, meningkatkan ekonomi masyarakat khususnya untuk para pekerja di desa setempat yang terlibat dalam program ini," jelasnya.
Baca juga: Walhi Kalsel beri pendidikan dini lingkungan hidup anak-anak di HST
Baca juga: Video-Walhi berikan keterangan terkait penyebab banjir di Kabupaten HST dan Kalsel
Baca juga: Walhi Kalsel soroti peristiwa tanah bergerak di Tapin
Ketua Posko Meratus Kasman Susanto yang menjadi koordinator lapangan di Desa Alat mengatakan hal tersulit dalam pekerjaan yaitu membersihkan puing beton dari reruntuhan jembatan yang hancur akibat diterjang banjir.
"Kita harus kerja ekstra hanya untuk membersihkan beton besar yang menjadi sampah di sungai, karena hanya menggunakan palu dan linggis," jelasnya.
Program yang lahir dari buah pikir Walhi Kalsel itu disambut baik oleh masyarakat setempat dan dinilai tepat sasaran.
"Mewakili masyarakat Desa Alat tentunya kami mengucapkan terimakasih kepada Walhi serta mitra lainnya yang terlibat hingga program ini terlaksanakan," ujar pria kelahiran desa itu.
Dia mengharapkan, upaya mitigasi bencana harus segera dilakukan oleh semua pihak mengingat banjir bandang yang pernah terjadi sebelumnya.
"Tentu perlu kita pikirkan, banjir bandang Januari lalu bisa dikatakan yang paling besar dan sangat merugikan dalam sejarah kita di HST," ungkapnya.
Baca juga: Peringati hari lingkungan hidup 2021 Walhi sebut Kalsel dipusaran krisis ekologis
Baca juga: Hari Bumi 2021 aktivis lingkungan di Kalsel suarakan darurat ruang