Banjarmasin (Antaranews Kalsel) - Sejumlah tokoh perempuan yang berasal dari berbagai kabupaten kota di Kalsel menghadiri acara diskusi terbatas dengan tema "Dukungan Bagi Perempuan dan Anak-anak Rohingya".
Ketua DPD I Muslimah HTI Kalsel, Dr Patmawati Nabila mengatakan, acara diskusi ini bertujuan untuk menyampaikan hasil kegiatan Round Table Discussion (RTD) tentang Rohingya yang telah dilaksanakan di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 6 Juni 2015 lalu.
Menurut dia, krisis Rohingya masih terus mengundang perhatian publik dan media. Namun belum ada satu negara dan satu pemimpin muslim pun yang menyatakan keseriusannya untuk menolong sepenuhnnya dan memberi harapan masa depan bagi muslim Rohingya.
"Obama hanya mengapresiasi sikap Indonesia, Thailand dan Malaysia dalam menangani pengungsi yang terdampar. dan berjanji mengalokasikan sejumlah dana bantuan," katanya.
Yang terbaru, pemerintah Indonesia menegaskan bahwa kebaikan pemerintah untuk menampung sementara pengungsi Rohingya di Aceh bukan berarti pemerintah membiarkan Rohingya lain untuk berbondong-bondong memasuki perairan Indonesia.
Patmawati Nabila menilai berbagai forum yang membahas Rohingya tidak membuahkan hasil memadai untuk menolong mereka.
Berbagai pandangan tokoh dan aksi umat, kata dia, baru pada tataran keprihatinan, simpati dan bantuan kemanusiaan.
Menurut dia, belum ada yang membahas akar masalah dan solusi yang memberi masa depan.tidak ada yang sungguh-sungguh membahas kebutuhan Rohingya akan jaminan hak, perlindungan dan kewarganegaraan.
"Inilah tanggung jawab kita untuk terus menyuarakan akar masalah dan solusi hakiki untuk mengakhiri krisis Rohingya," tegasnya.
Hizbut Tahrir memandang akar masalah krisis Rohingya ini karena adanya paham nasionalisme. Padahal umat Islam di seluruh dunia adalah umat yang satu, tidak terpisah-pisah oleh jarak dan garis batas negara/bangsa.
Karena itu, masalah dan penderitaan muslim Rohingya adalah masalah seluruh muslim dan merupakan kewajiban mereka untuk melindungi darah dan kehormatan muslim Rohingya.