Rantau (ANTARA) - Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Tapin Bastian di Rantau, Selasa, menyebutkan Kecamatan Candi Laras Utara rawan pangan.
"Dari 12 kecamatan di Tapin Candi Laras Utara rawan pangan," ujarnya.
Namun secara umum disebutkannya pangan di Tapin khususnya beras masih surplus, masih mampu menutupi kebutuhan di kecamatan Candi Laras Utara.
Media tanam menjadi salah satu faktor kerawanan pangan di Kecamatan Candi Laras Utara, dikatakannya hal itu karena wilayahnya didominasi rawa.
Diperincinya di Kecamatan Candi Laras Utara itu wilayah yang disoritinya diantaranya Desa Sawaja, Buas Buas dan Periok.
Rawan pangan itu juga mempengaruhi kasus gizi atau stunting di wilayah itu. Intansinya sudah menjalankan program ketahanan pangan sejalan dengan program pemerintah untuk menurunkan angka stunting.
"Kaitan gizi ini kan juga mendukung pemerintah dalam upaya penurunan angka stunting," ujarnya.
Hari ini, Dinas Ketahanan Pangan Tapin menelaah program yang sudah disusun selama empat bulan bersama SKPD terkait dan juga dari Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Lambung Mangkurat.
"Hari ini ada ekspos, ada empat SKPD terkait diantaranya dinas kesehatan, Bapalitbangda, perikanan dan pertanian. Akan diaplikasikan di tahun yang akan datang," ujarnya.
Angka stunting di wilayah rawan pangan itu dari 2019 ke 2020 sudah mengalami penurunan yang terlihat dari data Dinas Kesehatan Tapin. Wilayah itu di lingkup puskesmas Margasari.
Dirinci, data 2019 ke 2020 di 13 Puskesmas : Binuang semula 8,54 persen menjadi 8,39 persen, Hatungun semula 13,73 persen menjadi 20,59 persen, Tambarangan semula 24,05 persen menjadi 17,22 persen.
Lebih lanjut, Salam Babaris semula 11,90 persen menjadi 7,04 persen, Tambaruntung semula 36,36 persen menjadi 23,79 persen, Pandahan semula 8,14 persen menjadi 19,95 persen, Banua Padang semula 39,08 persen menjadi 16,81 persen.
Berikutnya, Piani semula 32,26 persen menjadi menjadi 28,20 persen, Lokpaikat semula 13,04 persen menjadi 7,71 persen, Tapin Utara semula 7,87 persen menjadi 12,30 persen, Bakarangan semula 25,51 persen menjadi 19,92 persen, Baringin semula 30,20 persen menjadi 9,56 persen dan terakhir Margasari semula 23,83 persen menjadi 9,28 persen.
Dari data itu, secara umum kasus stunting mengalami penurunan, namun ada data dari tiga wilayah di puskesmas Hatungun, Pandahan dan Tapin Utara mengalami peningkatan.
2020 lalu Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan merilis kabar ada empat lokasi khusus (lokus) masuk program penurunan angka stunting yang telah ditetapkan pemerintah pusat diantaranya, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Tanah Bumbu, Tabalong dan termasuk Tapin.