Banjarmasin (ANTARA) - Peredaran obat-obatan terlarang di Kalimantan Selatan hingga kini masih menggila bahkan di saat pandemi COVID-19 melanda hampir seluruh penjuru dunia.
Hal itu dibuktikan dengan berbagai pengungkapan kasus demi kasus yang cukup membuat bergidik seluruh warga di provinsi yang kaya sumber daya alam ini.
Bagaimana tidak, sejak awal tahun 2020 pengungkapan kasus narkoba skala besar, yang dilakukan oleh jajaran Polda Kalimantan Selatan maupun BNN Provinsi Kalsel dengan jumlah sangat fantastis terjadi hingga beberapa kali.
Seperti yang terjadi pada awal 2020, Satuan Reserse Narkoba Polda Kalsel berhasil menggagalkan peredaran 28 kilogram sabu dan 9 ribu butir ekstasi. Seluruh barang haram tersebut diamankan dari seorang bandar berinisial SA (28) yang ditangkap di Jalan Pembangunan, Banjarmasin Tengah pada, Sabtu (18/1/2020).
Kemudian Maret 2020, Tim Polda Kalsel kembali mengungkap peredaran sabu dengan jumlah fantastis yaitu 208 kilogram dan pada Agustus 2020, Polda Kalsel kembali mengungkap sebanyak 200 kilogram sabu-sabu yang dibungkus dalam 10 karung dan membekuk empat orang tersangka.
Narkoba tersebut diduga berasal dari jaringan antarnegara, yang masuk ke Kalsel untuk didistribusikan ke berbagai wilayah kaya sumber daya alam ini.
Tentu pengungkapan tersebut merupakan prestasi yang sangat luar biasa, karena polisi telah berhasil menyelamatkan jutaan generasi muda khususnya dan warga Kalsel, dari kerusakan mental yang semakin parah.
Saat ini aparat kepolisian Polda Kalsel bersama BNNP terus berjibaku untuk melakukan pencegahan peredaran narkoba. Hampir setiap hari, penangkapan tersangka dan pengungkapan kasus dalam jumlah kecil maupun besar berhasil dilakukan.
Hampir 70 persen, penghuni Lapas di Kalsel merupakan tersangka pengedar dan bandar narkoba.
Upaya pencegahan juga telah dilakukan oleh BNNP Kalsel dengan melakukan sosialisasi ke berbagai daerah, terkait larangan peredaran narkoba.
Kepala BNNP Kalsel Brigjen Pol Jackson Arison Lapalonga pada jumpa pers dengan wartawan 22 Desember 2020 mengatakan pasokan dari jaringan pengedar di Kalsel selama 2020, tak menunjukkan penurunan bahkan semakin tinggi dengan jumlah besar baik sabu-sabu maupun ekstasi.
"Kami pun terus mengevaluasi atas peningkatan ini. Kalsel kini tidak hanya jalur perlintasan tetapi sudah menjadi salah satu pasar bagi jaringan pengedar lintas provinsi bahkan internasional," katanya.
Sepanjang 2020, BNN Kalsel mengungkap 54 kasus dengan menangkap 97 tersangka. Pengungkapan ini melebihi target 20 kasus yang diberikan BNN RI.
Selain penegakan hukum, BNN Kalsel juga terus meningkatkan pencegahan sebagai upaya memutus permintaan dari para pengguna narkoba.
Sejumlah program pun dijalankan tim yang dipimpin Kabid Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat BNNP Kalsel Iskandar Adam, di antaranya sosialisasi bahaya penyalahgunaan narkoba 17.814 kegiatan, advokasi kebijakan P4GN 173 kali, kader relawan 321 orang dan penggiat 560 orang, tes urine 6.712 kali serta sinergi instansi dan stakeholder 785 kali.
Kemudian untuk program rehabilitasi yang dikomando Kepala Bidang Rehabilitasi Dr Hj Sandra, BNN Kalsel mencatat ada 366 orang menjalani rehabilitasi di Lembaga Rehabilitasi Pemerintah.
Selain itu, sebanyak 45 orang rawat inap di rumah sakit rujukan, 134 orang rehabilitasi di pelayanan oleh komponen masyarakat, 26 orang di pelayanan rehabilitasi TAT serta 58 orang mengikuti pasca rehabilitasi di BNN Kalsel dan BNN Banjarbaru.
Namun upaya dan kerja keras Polri dan BNN Kalsel tersebut, tampaknya tidak juga mampu mengurangi dan membuat efek jera bagi pemasok barang haram tersebut.
Kondisi ini, tentu sangat memprihatinkan dan mengkhawatirkan bagi seluruh pihak, karena narkoba tidak hanya mengancam kelangsungan generasi muda, tetapi juga mengancam seluruh sendi kehidupan, ekonomi dan sosial.
Gerakan bersama
Masih masifnya peredaran narkoba di Kalimantan Selatan, walaupun polisi sudah bekerja keras untuk melakukan pemberantasan, sebagai bukti bahwa narkoba tidak bisa diatasi oleh satu lembaga saja.
Perlu keterlibatan seluruh unsur masyarakat, untuk bersatu dan menjadikan pemberantasan narkoba sebagai gerakan bersama untuk diperangi dan diantisipasi.
Tingginya pasokan barang terlarang ke Kalsel, menjadi bukti bahwa daerah kaya tambang batu bara ini, merupakan pasar yang potensial untuk transaksi barang haram tersebut.
Kendati penangkapan demi penangkapan terus dilakukan, tidak membuat para bandar dan pemasok kapok serta menghentikan usahanya.
Sehingga satu-satunya cara untuk bisa menghentikan pasokan tersebut adalah dengan menutup pasarnya. Ibarat jual beli, selama tidak ada pembelinya, maka secara otomatis pasokan akan terhenti dengan sendirinya.
Libatkan Keluarga dan elemen masyarakat
Pada awal Januari 2021, Kalimantan Selatan mendapatkan musibah banjir yang cukup besar. 10 dari 13 kabupaten dan kota di provinsi ini terendam banjir cukup parah dan dalam waktu hampir satu bulan.
Banjir tersebut, telah memporakporandakan infrastruktur, rumah, pertanian dan lainnya. Ekonomi, pemerintah dan kegiatan sosial lainnya, lumpuh total.
Banyak warga memperkirakan, perlu waktu bertahun-tahun untuk memulihkan trauma dan pembangunan infrastruktur yang ada. Namun yang terjadi adalah, seluruh warga bahu membahu, bergotong royong, senasib sepenanggungan, untuk bersama-sama bangkit mengatasi berbagai persoalan yang terjadi.
Berbagai bantuan datang mengalir tiada hentinya, bahkan dari luar daerah sampai sekarang. Dalam sesaat, kekhawatiran tersebut seakan hilang dan Kalsel benar-benar telah bangkit.
Peristiwa tersebut, bisa menjadi bukti, bahwa dengan kebersamaan dan persatuan, berbagai persoalan bisa lebih mudah dan cepat diatasi.
Tentu sangat berbeda membangun fisik dengan mengatasi peredaran narkoba, walaupun dengan segala perbedaan mendasar tersebut, tidak menutup kemungkinan, melalui kebersamaan dan gotong royong, permasalahan narkoba bisa diatasi.
Mengatasi peredaran narkoba, harus dilakukan oleh seluruh elemen masyarakat dan harus menjadi gerakan bersama, yang dimulai dari keluarga.
Keluarga, harus mampu menjadi pilar yang kuat untuk mengayomi dan menjadi tempat yang hangat bagi seluruh anggotanya. Keluarga yang penuh perhatian, kepedulain dan kasih sayang, akan mampu menghindarkan seluruh anggota keluarga dari dampak sosial yang terjadi.
Dari keluarga yang kuat, akan terbangun lingkungan yang kuat. Dari lingkungan yang kuat, akan terbangun untuk saling menjaga, melindungi dan peduli antarsesama anggota lingkungan dan masyarakat, begitu seterusnya.
Sehingga tidak menutup kemungkinan, pembinaan keluarga menjadi salah satu kunci kesuksesan pemberantasan narkoba.
Melalui keluarga yang kuat dan gerakan bersama seluruh elemen masyarakat, serta keseriusan aparat kepolisian untuk terus menutup masuknya jaringan narkoba di daerah ini, maka pemberantasan nerkoba hingga keakarnya, bukan hal yang mustahil untuk dilakukan.
Bagaimanapun juga, kehancuran infrastruktur menjadi masalah yang harus dituntaskan di provinsi ini, tetapi pembangunan mental masyarakat, jauh lebih penting, karena dampaknya jauh lebih panjang dan dahsyat menghancurkan sendi-sendi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.