Banjarbaru (ANTARA) - Lembaga Kursus dan Pelatihan (LPK) Bee World menggalakkan pelatihan pengembangan dan penerapan "ecoprint" yang diyakini akan mampu menjadi potensi usaha yang bisa berkembang dan diminati oleh masyarakat luas.
Pengelola LKP Bee World, Reni Andriana Rahmawati, di Banjarbaru mengatakan, sesuai namanya "ecoprint" dari kata "eco" asal kata ekosistem (alam), dan print yang artinya mencetak.
"Batik sekarang bisa dibuat dengan cara mencetak dengan bahan-bahan yang terdapat di alam sekitar seperti kain, pewarna, maupun pembuat pola motif, dan serat alami yang dipilih karena mampu menyerap warna dengan baik," katanya.
Dijelaskan dia, ecoprint saat ini mulai digemari oleh masyarakat Kalimantan Selatan (Kalsel), dan peluang inilah yang menjadikan lembaganya mengadakan pelatihan sehari bertema "One Day Workshop-Ecoprint".
Baca juga: Instruktur kursus : Mengajar online serasa menjadi penyiar
Pelatihan yang diadakan sekali sebulan, memperkenalkan berbagai teknik dan penerapan ecoprint ke berbagai media, seperti kain, mug, kaos, botol minum hingga kulit.
Peserta adalah umum dari berbagai kalangan. Desember 2020 lalu pihaknya mengadakan pelatihan ecoprint dengan media mug untuk siswa SMK sebagai penunjang mata pelajaran kewirausahaan, diharapkan nantinya bisa untuk bekal saat lulus SMK juga sebagai bekal "life skill".
"Setelah tertunda di bulan Januari 2021 karena banjir besar, bulan Maret ini tepatnya 6 Maret 2021 lalu mulai pukul 10.00-15.00 Wita, kami kembali mengadakan pelatihan untuk umum," katanya.
Menurut dia, pelatihan untuk umum tersebut bekerjasama dengan "Teras Ecoprint", melatih lima peserta dengan media mug, kaos, kain dan botol minum sport. Peserta kebanyakan dari pengrajin kain sasirangan.
Baca juga: Joko Margono Dilantik Ketua Forum PLKP Kalsel
Para peserta diharapkan bisa mengajarkan atau menularkan pengetahuan kembali ke warga sekitar tempat tinggal mereka, untuk mengembangkan kreatifitas dengan tetap menjaga lingkungan.
Pelatihan ecoprint ini aman karena menggunakan daun-daunan di sekitar, serta menggunakan bahan pewarna alami dari tumbuhan dan kayu-kayuan.
Setelah pelatihan dilaksanakan, pihaknya melanjutkan dengan menanam satu pohon dengan tujuan tetap bisa berkreasi.
"Pelatihan kami telah ada sejak 2016, sebelum pandemi COVID-19 kami bisa menerima peserta hingga 40 orang dalam satu hari. Tapi saat ini pembatasan peserta adalah cara kami agar tetap bisa membagikan ilmu walaupun dalam keadaan pandemi," katanya.