Banjarmasin (ANTARA) - Anggota Komisi II DPRD Kalimantan Selatan (Kalsel) Muhammad Yani Helmi meminta pengawalan ketat distribusi gas elpiji bersubsidi yang oleh orang-orang Banjar menyebutnya "gas melon" karena tabungnya menyerupai buah melon di provinsi tersebut.
Permintaan anggota dewan yang akrab dengan sapaan Paman Yani tersebut sehubungan langka dan masih mahal harga gas melon di Kalsel belakangan ini, sebagaimana WA-nya, Sabtu (27/2) malam.
Selain pengawasan ketat dalam penyaluran, juga penindakan tegas terhadap penyimpangan proses pendistribusian sehingga menjadi keyakinan atas solusi kelangkaan serta masalah harga gas melon tersebut.
Menurut anggota Komisi II Bidang Ekonomi dan Keuangan DPRD Kalsel tersebut, saat ini kelangkaan gas elpiji bersubsidi sudah sangat meresahkan masyarakat di provinsinya yang berjumlah lebih empat juta jiwa tersebar pada 13 kabupaten/kota.
Ia menyontohkan di Kotabaru atau kabupaten paling timur Kalsel itu harga gas melon sudah menembus angka Rp50 ribu/tabung isi tiga kilogram (3 kg).
"Harga Rp50 ribu/tabung itu jauh dari Harga Eceran Tertinggi (HET). Hal tersebut sudah tidak wajar/tidak rasional, meski praktiknya jalur transportasi tentu jadi pertimbangan, misalnya distribusi melalui kapal penyeberangan atau Ferry,," lanjutnya.
Wakil rakyat asal daerah pemilihan Kalsel VI/Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu) itu menduga ada ketidakberesan dan perlu penelusuran dalam penanganan masalah kelangkaan gas elpiji bersubsidi tersebut.
"Bisa jadi ada warga yang tidak berhak juga turut menggunakan gas elpiji bersubsidi, sehingga kemungkinan terjadi penyalahgunaan pemakaian di lapangan yang mengakibatkan komoditas itu menjadi langka," ujarnya.
Selain itu, lanjut anggota Komisi II DPRD Kalsel yang juga membidangi industri dan perdagangan itu, kemungkinan ada oknum pedagang yang "nakal" - memperjualbelikan gas elpiji bersubsidi tersebut melebihi HET.
"Sudah harganya mahal, gasnya juga langka. Sehingga masyarakat direpotkan," kata Wakil Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD Kalsel tersebut.
Sebagai wakil rakyat, dia menyatakan sangat prihatin terhadap kondisi tersebut, mengingatkan permasalahan itu berdampak luas kepada masyarakat termasuk pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
"Begitu pula usaha rumah tangga sangat terganggu karena mereka tidak bisa lagi bekerja menjalankan usahanya, artinya jelas orientasi pemulihan ekonomi yang digalakkan pemerintah jangan sampai terhambat hanya karena ketersediaan gas melon," katanya.
"Kasian seperti para penjual bakso, pentol keliling, penjual gorengan yang memakai elpiji bersubsidi. Mereka terdampak semua," lanjut wakil rakyat yang cukup "vokal" itu dalam membela dan memperjuangkan nasib atau aspirasi masyarakat.
Ia juga mengaku menerima banyak keluhan masyarakat terkait tabung tiga kg yang diduga tidak sesuai isi beratnya karena di ampere regulator yang mereka gunakan tidak penuh, bahkan isinya hanya setengah.
"Ini persoalan yang luar biasa, ibarat pepatah masyarakat sudah jatuh tertimpa tangga pula. Di tengah kondisi ekonomi sulit saat ini, ternyata ada saja oknum yang tega berbuat curang sehingga merugikan masyarakat. Ini sangat saya sesalkan," tegasnya.
Oleh karenanya, laki-laki berpenampilan atletis kelahiran 1975 berbintang Leo itu meminta pemerintah dan instansi terkait dapat membenahi mekanisme penyaluran gas elpiji bersubsidi kepada masyarakat.
"Persoalan ini harus benar-benar dipikirkan oleh pihak-pihak yang berkompeten untuk segera mengawasi alur distribusi penyaluran elpiji subsidi ini," harapnya.
Ia juga mengimbau kepada pihak berwenang, dalam hal ini aparat kepolisian agar mengusut tuntas persoalan tersebut dan menindak tegas jika ditemukan oknum-oknum yang melakukan praktik curang.
"Kami juga berharap kepada pemerintah agar sesegeranya membentuk Satgas yang terdiri dari beberapa unsur terkait untuk mengawasi distribusi dan stok gas elpiji bersubsidi di wilayah Kalsel sehingga persoalan tersebut tidak terus terulang," demikian Paman Yani.