Banjarmasin,(Antaranews Kalsel) - Maraknya produk pisau dapur dan benda tajam yang berasal dari olahan pabrik baik buatan dalam negeri maupun impor, membuat usaha karajinan pandai besi di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, semakin terpinggirkan.
Hal tersebut diakui oleh seorang perajin pandai besi di Bawah Jembatan Banua Anyar atau Muara Sungai Andai, Kota Banjarmasin, Amat (55 tahun) kepada wartawan Antara yang menemui di tempat usahanya, Sabtu.
Menurut Amat, sudah perajin yang meninggalkan usaha seperti yang ia geluti, karena kurangnya minat masyarakat untuk pesan membuat pisau dapur, parang, atau benda-benda tajam lainnya yang terbuat dari besi.
Masalahnya sekarang ini kian menjamur penjualan pisau dapur, parang, alat pertanian, dan benda tajam yang terbuat dari besi di pasaran, bahkan aneka ragam penjualannya di super market bahkan di lokasi pusat perjualan besar seperti mal.
Apalagi produk pabrik tersebut, dinilai cukup berkualitas dengan bentuk yang lebih menarik, sehingga ada kencenderungan masyarakat lebih baik membeli jadi ketimbang harus memesan atau membuat di lokasi kerajinan pandai besi.
Apalagi harga di pasaran dinilai cukup terjangkau, dampaknya pemesanan pembuatan pisau dapur, parang, kapak, dan alat-alat pertanian ke pandai besar kian berkurang. Akibatnya banyak perajin pandai besi yang mengalihkan usaha ke bidang lain yang lebih menjanjikan.
"Saya sebenarnya jika ada usaha lain juga tidak ingin terus menggeluti usaha ini. Tetapi karena usaha lain belum ada yang cocok, ya terpaksa menggeluti usaha ini saja," kata Amat yang mengakui keahlian sebagai pandai besi didapatkan dari ayahnya sendiri yang juga seorang pandai besi.
Hanya saja ia bersyukur, lantaran banyak lokasi pandai besi yang tutup akhirnya dirinya masih dapat pesanan dari masyarakat yang masih setia membuat pisau dapur, parang, dan sejenisnya melalui olahan tangan itu.
Terutama pesanan pembuatan pisau dapuy, parang, dan alat pertanian dan sejenisnya tak ada di pasaran, seperti pembuatan parang tebasan (parang untuk menebas rumput) yang agak melingkar di ujung, atau pembuatan tajak (alat untuk membersihkan rumput di sawah) yang bentuknya khas dan hanya ada di Kalsel.
Atau pesanan benda tajam dari besi yang kuat seperti baja khusus yang sulit dicari di pasaran, kata Amat seraya berharap pemerintah masih memperhatikan nasib perajin pandai besi, setidaknya untuk pelestarian budaya nenek moyang.
 Cara kerja pandai besi yang sering dikenal adalah besi dipanaskan dengan arang kayu yang diberi api sampai besi memerah lalu besi dipukul-pukul kuat dengan palu besi yang besar, sehingga besi yang dipanaskan tersebut mudah dibentuk seperti menjadi pisau dapur, parang, pedang, keris, kampak, dan lainnya.  Â