Kandangan, Kalsel (ANTARA) - Persaingan perdagangan tak pernah surut, tetapi terus semakin kompetitif atau gencar, sehingga terkadang membuat produk lokal/dalam negeri terpinggirkan produk asing.
Pantauan Antara Kalimantan Selatan (Kalsel), Kamis (28/4/22) melaporkan, beberapa produk lokal yang nyaris terpinggirkan antara lain "tali haduk" (tali yang terbuat dari ijuk enau/pohon aren).
Selain itu, produk lokal berupa barang-barang yang bahan baku dar "bamban" (Donax canniformis) seperti bakul dan sejenisnya, serta dari "purun" (sejeni mandong) berupa topi, tikar (karpet), "kampil" (fungsinya menyerupai goni/karung.
Tali haduk terkalahkan oleh tali nelon dan rapea denbuta urang/masyarkat Banjar Kalsel tali Jepang produk eks luar negeri atau "Negeri Sakura" Jepang.
Begitu juga bakul bamban atau produk sejenisnya kini sudah tidak ada lagi di pasan Kalsel digantikan dari bahan baku plastik.
Hal serupa sama dengan tikar purun urang Banjar Kalsel jangankan memakai, mengenal saja tidak, kecuali kampil masih banyak membutuh seperti untuk mengepak garam, cuma tingkat produksi yang tak memenuhi permintaan pasar.
Sementara tikar purun penggantinya bisa "lampit paikat" (carpet yang terbuat dari rotan/rattan), tikar plastik dan "hambal' (seperti carpet dari beledru) yang sekarang banyak digunakan pada tempat-tempat ibadah dan acara-acara.
Sebagaimana terlihat pada sebuah "langgar" (surau) tikar purun warna warni tergolong terpinggirkan, warga masyarakat setempat ganti dengan karpet jenis beledru.
Tikar purun warna warni yang dulu merupakan primadona masyarakat Banjar, terutama di pedesaan daerah hulu sungai atau "Banua Anam" Kalsel kini terpinggirkan lusuh.
Warga tani Banua Anam pun menggunakan terpal plastik untuk menjemur padi habis panen, kini sudah langka yang menggunakan tukar purun biasa.
Produk lokal "terpinggirkan"
Kamis, 28 April 2022 15:48 WIB