Amuntai, (Antaranews Kalsel) - Minimnya pendidikan karakter bagi anak-anak, dinilai bisa menyebabkan maraknya masalah sosial di masyarakat, seperti, konflik sosial, korupsi, tawuran pelajar, seks bebas, penyalahgunaan narkoba, dan masalah yang lainnya.
"Mengatasi permasalahan ini hendaknya pemerintah dan semua elemen masyarakat perlu kembali menekankan pentingnya pendidikan karakter, untuk mengurangi permasalahan serupa di masa mendatang," kata Ketua Kelompok Kerja Pengawas TK/SD Kabupaten Hulu Sungai (HSU), Mukarram, di Amuntai Rabu.
Dia menjelaskan, berbagai persoalan yang muncul melanda masyarakat dan bangsa Indonesia saat ini, sebagai buah dari pendidikan masa lalu yang kurang menekankan pada pendidikan karakter.
"Padahal pendidikan karakter ini lebih penting daripada sekedar mengajarkan baca tulis dan menghitung karena melalui pendidikan karakter dapat ditanamkan sifat kejujuran, rasa tanggung jawab, disiplin dan sebagainya," ujar Mukarram dalam rilis pemerintah daerah setempat.
Ia mencontohkan persoalan bangsa yang tengah dihadapi seperti pernah diungkapkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bahwa sekitar 32 persen remaja usia 14-18 tahun di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya dan Bandung pernah melakukan hubungan seks di luar nikah.
Contoh lain, yang dikemukakannya terkait penggunaan narkoba di Kalimantan Selatan sebagaimana pernah ia kutip dari pernyataan Wakil Gubernur Kalsel Rudy Resnawan bahwa pengguna narkoba di Kalsel mencapai 120.131 orang yang banyak dijumpai kasusnya di Kabupaten /kota yang kaya sumber daya alam.
Berbagai problema bangsa yang ia kemukakan tersebut diduga akibat melemahnya pendidikan karakter terhadap generasi bangsa di masa sebelumnya.
Mukarram bersyukur karena pada saat ini lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bermunculan di masyarakat diharapkan dapat membantu pendidikan karakter pada anak-anak sejak usia dini.
Selain itu kurikulum pendidikan 2013 juga mengakomodasi pendidikan karakter yang diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran di sekolah.
"Jadi setiap mata pelajaran diarahkan pula untuk meningkatkan karakter siswa," terangnya.
Lebih jauh diterangkan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi telah memberikan dampak perubahan sosial sehingga lingkungan keluarga dan masyarakat kurang memperhatikan lagi pendidikan karakter ini.
Mukarram menegaskan, meski anak-anak mendapatkan pendidikan formal di sekolah, namun peran orang tua tetap yang utama untuk memberikan pendidikan akhlaq dan moral yang menjadi landasan penting dalam pendidikan karakter.
Ia mengapresiasi kebijakan sejumlah lembaga pendidikan swasta di tanah air yang pernah ia kunjungi yang mewajibkan para orang tua untuk hadir ke sekolah setiap bulan untuk mendiskusikan perkembangan pendidikan siswa.
"Hal ini semacam ini saya akui masih kurang di sekolah-sekolah negeri," imbuhnya.
Mukarram juga menyayangkan pendidikan karakter yang diberikan kepada anak di lembaga PAUD kurang berkesinambungan dilaksanakan di sekolah lanjutan sehingga pendidikan karakter siswa agak berkurang.
Mukarram berharap melalui pertemuan pengawas TK/SD yang digelar sekali dalam satu bulan bisa mencari solusi peningkatan pendidikan karakter di sekolah lanjutan sehingga dasar pendidikan karakter yang pernah diberikan di PAUD dan TK bisa diteruskan dan ditingkatkan.