Jakarta (ANTARA) - Dirjen Perikanan Budi daya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto mengemukakan penggunaan probiotik atau bakteri nonpatogen dalam pembudidayaan ikan dapat meminimalkan kegagalan usaha budi daya tersebut.
"Penggunaan probiotik sangat penting untuk manajemen lingkungan budi daya sebagai awal pencegahan masuknya penyakit dalam sistem budi daya," kata Slamet Soebjakto dalam siaran pers di Jakarta, Senin.
Sebagaimana diketahui, bakteri probiotik bersifat non-patogen, memiliki kemampuan menghambat perkembangbiakan organisme patogen, dan berfungsi sebagai bakteri pengurai dan penetralisir kualitas air, serta memungkinkan sebagai makanan di dalam perairan.
Berdasarkan data KKP, saat ini setidaknya ada sebanyak 80 merek probiotik untuk ikan ataupun udang yang terdaftar dan beredar di Indonesia.
Baca juga: KKP perbanyak fasilitasi pembudidaya manfaatkan potensi pandemi
Menurut Slamet, dengan penggunaan probiotik maka permasalahan penyakit pada sistem budi daya dapat tertanggulangi.
"Penyakit menyebabkan 20 persen dari hasil produksi budi daya akan berpengaruh. Sehingga pencegahan penyakit dalam lingkungan budi daya jauh lebih baik daripada mengobati, meradikasi maupun hal-hal lainnya," sebutnya.
Untuk itu, ujar dia, penggunaan probiotik dampaknya sangat besar bagi keberlanjutan usaha perikanan budi daya.
Ia berpendapat bahwa probiotik akan meningkatkan produktivitas budi daya, terjaminnya keamanan produk budi daya serta menjamin mutu yang bebas residu, antibiotik, dan bebas kontaminan.
Baca juga: Udang masih jadi primadona permintaan global
Slamet mengutarakan harapannya agar dengan penggunaan probiotik khususnya pada budi daya udang akan mendukung target peningkatan ekspor udang nasional sebesar 250 persen pada tahun 2024.
"Kita harapkan produk udang nasional dapat diterima di pasar global. Probiotik ini salah satu komponen untuk peningkatan udang nasional maupun komoditas budi daya yang lainnya," paparnya.
Sementara itu Kepala Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Sugeng Raharjo menyebutkan bahwa penggunaan probiotik pada budi daya mampu memperbaiki kualitas air serta dapat mengendalikan infeksi bakteri yang masuk dalam sistem budi daya.
“Secara ilmiah telah terbukti peran probiotik dalam perbaikan sistem pencernaan dan meningkatkan toleransi terhadap stres pada ikan ataupun udang sehingga mampu menaikkan produktivitas budidaya,” ujar Sugeng.
Pengembangan probiotik di BBPBAP Jepara sendiri telah dilakukan sejak 2007 hingga saat ini. Selama tahun 2007 hingga 2011 diawali dengan perekayasaan meliputi kegiatan eksplorasi, identifikasi dan preservasi bakteri potensial probiotik.
Kemudian tahun 2012 hingga 2017 mulai dilakukan penambahan jumlah koleksi bakteri dan pembuatan probiotik cair. Lalu tahun 2018 hingga 2020 dikembangkan probiotik kering dan dilakukan kaji terap di lapangan serta peningkatan kapasitas produksi.