Banjarmasin (ANTARA) - Dunia wisata Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan ikut berduka dengan wafatnya Muhammad Arsyad bin Asri atau lebih akrab dipanggil "Kai Api" (81) pada Kamis dini hari di RSUD Anshari Saleh Banjarmasin.
Nama kai api (Kakek Api) sangat dikenal warga Kota Banjarmasin, karena semasa hidupnya sering memberikan hiburan atraksi api di objek wisata siring sungai Martapura di Jalan Piare Tender.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banjarmasin Ikhsan Al-Haq di Banjarmasin, Kamis, mengatakan, Kai Api masuk ikon wisata Kota Banjarmasin, selain sebagai mantan atlet yang berjasa bagi daerah juga merupakan salah satu seniman pertunjukan jalanan yg terkemuka.
"Beliau adalah orang profesional dibidangnya, serta memiliki kepribadian yg menarik, rendah hati, suka menolong dan humoris," kenang Ikhsan.
Sehingga, ucap dia, dirinya atas nama pimpinan, karyawan/ti dan seluruh jajaran Disbudpar Banjarmasin serta pemangku kebijakan pariwisata Kota Banjarmasin, turut berdukacita dan merasakan kehilangan atas meninggalnya H Muhamad Arsyad (Kai Api).
"Dunia pariwisata Banjarmasin ikut berduka cita," tuturnya.
Informasinya, sebelum meninggal Kai Api dirawat di RSUD Anshari Saleh beberapa hari karena penyakit Pneumonia dan Diabetes akut yang dideritanya.
Karena di masa pandemi COVID-19 ini, jenazah KAI Api disholatkan sesuai protokol kesehatan.
Sebelumnya, pada 2019 lalu, Antara pernah menulis cerita hidup Kami Api yang berjudul (Kai Api tetap bugar berkat minum minyak tanah)
Bagi pengunjung destinasi wisata siring Tendean Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, yang jumlahnya enam ribu orang setiap minggu hampir dipastikan akan kenal dengan nama Kai Api.
Sebab warga Banjarmasin yang nama sebenarnya Muhamad Arsyad ini mempertunjukkan kebolehannya bermain api di lokasi destinasi wisata paling ramai di kota seribu sungai tersebut.
Dengan aneka peralatan, bertelanjangkan dada, kepala berbalut kain hitam, berbutah (wadah tradisional Dayak) dan berkalong di lehernya dengan berbentuk tasbeh dengan biji bijinya yang besar ia mempertontonkan kebolehannya memainkan api, baik dimulut, di lutut, di ketiak, bahkan api menyala ia masukkan ke dalam celananya.
Seringkali pengunjung dibuatnya histeris ketika api yang menyala-nyala pada obor yang dimain-mainkannya itu dimasukan kecelana, ternyata tak padam setelah obor kembeli dikeluarkan dari celananya.
Akibat kebolehannya itulah, lelaki yang berusia 79 tahun ini beberapa kali diajak Pemkot setempat tampil di jakarta, bahkan masuk acara televisi nasional trans7 program "hitam putih."
Berkat program hitam putih itu pula kakek yang pernah menjadi atlet lari jarak jauh sekelas Asia tersebut diberangkat umrah.
Walau usianya tergolong renta tetapi badannya tetap atletis dan segar bugar, kemana-mana selalu tak berbaju cukup celana selutut, serta bersepeda ontel.
Ketika ditanya kenapa setua itu tetap sehat ia menyebutkan harus mensyukuri nikmat, tak boleh stress, dan sering berolahraga, baik lari dan bersepeda.
Selain itu, tambahnya, dalam atraksi seringkali ia terminum minyak tanah, dan mungkin itu yang membuat selalu sehat.
Bahkan ia selalu makan pisang yang sebelumnya selalu dicelupkan ke minyak tanah, menurutnya itu obat orang bahari agar jantung tetap sehat.
Dengan 10 anak, dan 29 cucu, Kai Api ini ingin terus berkarya selagi diberi umur oleh sang pecipta.
Selamat jalan Kai Api, moga Khusnul khatimah...amin...