Oleh Syamsuddin Hasan
Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Anggota Komisi IV DPR-RI Habib Nabiel Fuad Almusawa meminta pemerintah serius menangani hilirisasi karet sebagaimana kesungguhan terhadap sawit dan kakao.
"Hilirisasi sawit dan kakao bergerak menuju tren yang baik, sementara hilirisasi karet cenderung stagnan," ujarnya dalam keterangan pers kepada wartawan di Banjarmasin, Sabtu.
Politisi dari Partai Keadilan Sejahtera asal daerah pemilihan Kalimantan Selatan itu, menerangkan, ekspor karet Indonesia masih banyak dalam bentuk mentah.
"Padahal ketiganya (sawit, kakao dan karet) selama ini merupakan komoditas strategis kita," ujar alumnus Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat tersebut.
"Selidiki, mengapa hilirisasi karet stagnan? Mengapa swasta seperti kurang tertarik menanamkan modal di industri hilir karet?" lanjut wakil rakyat yang menyandang gelar insinyur dan magister bidang pertanian itu.
Ia menyarankan, setelah mengetahui penyebab stagnannya hilirisasi karet dan faktor lain, pemerintah segera membuat regulasi yang bisa mendorong pertumbuhan industri hilir karet tersebut.
Mendorong pertumbuhan industri hilir karet tersebut, menurut dia, perlu, apalagi Indonesia merupakan negara penghasil karet alam terbesar kedua setelah Thailand.
Ia mengungkapkan, sekitar 85 persen produksi karet dalam negeri diekspor dalam bentuk karet mentah dan sekitar 14 persen untuk konsumsi dalam negeri.
"Jumlah itu masih terlalu rendah dibandingkan dengan konsumsi dalam negeri karet di Malaysia sebesar 45 persen," ungkapnya.
Harga karet dunia pernah mencapai empat dollar Amerika Serikat (AS) per kilogram. Sedangkan saat ini berada pada kisaran 2,5- 3 dollar AS per kilogram.
Sementara harga jual di tingkat petani di Kalsel, kini berkisar Rp7 ribu-Rp8 ribu/kg. Bahkan sempat mencapai Rp4 ribu/kg.
Sebagaimana dikeluhkan masyarakat Kabupatan Tanah Laut dan Tanah Bumbu, Kalsel, harga karet mereka rendah, akibatnya penghasilan minim, sementara harga kebutuhan sehari-hari naik, dan bahkan ada yang melambung.
Anggota Komisi IV DPR tersebut berkeyakinan pula, keadaan serupa dialami petani karet di daerah lain, dimana jumlah mereka terbilang besar, yaitu sekitar 2,1 juta orang yang menguasai 85 persen luas areal karet alam nasional.
Menurut dia, petani karet tersebut memberikan kontribusi besar dalam menghasilkan devisa negara. "Karena itu, hilirisasi karet harus mendapat perhatian serius," pintanya.
"Keberhasilan hilirisasi karet akan berimplikasi positif pada berbagai hal, diantaranya stabilitas harga di level yang menguntungkan, serta perbaikan ekonomi kerakyatan," lanjutnya.
Ia mengungkapkan, kesuksesan kakao Indonesia. "Kita punya `success story` dengan kakao. Keberhasilan hilirisasi industri kakao dalam negeri membuat harga komoditas ini stabil di level yang cukup menguntungkan 2.400 dollar AS/ton," ungkapnya.
Menurut dia, keberhasilan hilirisasi bisa menjaga kestabilan harga di level yang menguntungkan bagi semua pihak, termasuk petani.
"Petani bisa sejahtera. Keberhasilan hilirisasi bisa mengangkat petani karet dari kemiskinan," kata Nabiel.
Pemerintah Diminta Tangani Hilirisasi Karet
Sabtu, 20 Juli 2013 15:56 WIB