Banjarbaru (ANTARA) - Hutan mangrove di wilayah pesisir Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) kondisinya cukup memprihatinkan, sebab dari luasan 116.824 hektare diperkirakan sekitar 70 persen dalam kondisi rusak.
"Kelestarian hutan mangrove Kalsel tergolong terancam. Untuk itu, perlu perhatian bersama dan langkah konkret menjaga dan melestarikan keberadaannya," kata Ahli Budidaya Perairan dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Ir Pahmi Ansyari MS di Banjarbaru, Sabtu.
Menurut dia, diperlukan langkah-langkah yang tepat untuk memperbaiki ekosistem hutan mangrove tersebut. Salah satu kegiatan yang nyata seperti penanaman bibit pohon mangrove.
Baca juga: Diperkirakan 70 persen hutan mangrove Kalsel rusak
Penanaman mangrove atau juga kerap disebut pohon bakau itu, kata dia, manfaatnya sangat besar untuk lingkungan, terutama mencegah terjadinya abrasi pantai.
Baca juga: Indocement Prakarsai Berdirinya "Pokmasdarwis" Hutan Mangrove Langadai
"Sebagai wujud nyata kepedulian pelestarian hutan mangrove, kami juga akan melakukan gerakan menanam seribu mangrove dengan slogan Bergerak untuk Mangrove (BUM)," tutur Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan ULM itu.
Gerakan menanam seribu mangrove di pesisir pantai Desa Pagatan Besar,
Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut itu bertujuan agar mengembalikan kondisi ekosistem pesisir dan biota laut sekaligus mencegah abrasi.
"Melalui penanaman kembali ini, kita ingin pembuatan hutan bakau atau mangrove yang hijau dan lebat nantinya di kemudian hari," tandasnya.
Kegiatan penanaman pada 7 September 2019 nanti, melibatkan unsur perguruan tinggi (dosen, mahasiswa) dan unsur pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten, unsur pelaku usaha PT. Arutmin Indonesia dan unsur masyarakat yaitu kelompok masyarakat nelayan Desa Pagatan Besar.
"Penanaman bibit mangrove ini juga merupakan rangkaian kegiatan Hari Ulang Tahun Ke-55 (Lustrum XI) Fakultas Perikanan dan Kelautan ULM tahun 2019," pungkas Pahmi.
Akademisi: 70 persen hutan mangrove yang ada Kalsel rusak
Sabtu, 31 Agustus 2019 19:11 WIB