Banjarmasin (ANTARA) - Komisi II DPRD Kota Banjarmasin melakukan rapat bersama pemerintah kota dan Bank Kalsel, antara lain membahas penurunan dividen atau pembagian hasil dari Bank Kalsel ke pemerintah kota.
Ketua Komisi II DPRD Kota Banjarmasin Bambang Yanto Permono usai rapat tersebut di gedung dewan kota, Jumat, mengungkapkan pemerintah kota yang memiliki saham sekitar Rp120 miliar hanya mendapat sekitar Rp5 miliar pembagian dari Bank Kalsel.
Padahal, kata politikus Partai Demokrat tersebut, tahun-tahun sebelumnya pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan banyaknya saham yang dimiliki, pemerintah kota jauh di atas dari Rp5 miliar tersebut.
"Yang dulunya Rp11 miliar, bahkan dulunya ada sampai Rp16 miliar, malam turun lagi jadi Rp5 miliar, logikanya kan bertambahnya penyertaan modal, harusnya meningkat pula dividennya," ujarnya.
Pihaknya, ungkap Bambang, hanya mendapat penjelasan dari perwakilan Bank Kalsel karena adanya kridit macet hingga terjadinya tersebut.
Baca juga: Bank Kalsel teken MoU dengan perajin eceng gondok
"Secara detailnya kita tidak mendapatkan penjelasan dari Bank Kalsel," paparnya.
Sementara itu, Kepala Badan Keuangan Daerah (Bakuda) Kota Banjarmasin Subhan Nur Yaumil mengatakan, bahwa pemerintah kota akan menambah penyertaan modal bagi Bank Kalsel pada APBD perubahan ini sebesar Rp20 miliar.
Menurut dia, penambahan penyertaan modal bagi Bank Kalsel ini sesuai amanah peraturan daerah untuk membantu eksistensi bank milik daerah.
Meskipun dia mengakui, dividen yang didapat pemerintah kota terakhir ini mengalami penurunan signifikan.
"Namun dari informasi Bank Kalsel untuk dividen tahun ini melebihi Rp11 miliar," papar Subhan.
Secara detail terkait bagaimana pembagian dividen tersebut, dia menyatakan tidak memiliki ranah menjelaskannya, pihak Bank Kalsel yang lebih tahu.
Baca juga: Bank Kalsel perkuat mesin bisnis
Baca juga: Bank Kalsel siapkan SDM untuk bersaing dalam industri perbankan
DPRD pertanyakan turunnya bagi hasil dari Bank Kalsel
Sabtu, 24 Agustus 2019 17:49 WIB
Yang dulunya Rp11 miliar, bahkan dulunya ada sampai Rp16 miliar, malam turun lagi jadi Rp5 miliar, logikanya kan bertambahnya penyertaan modal, harusnya meningkat pula dividennya