BPPT siapkan pendeteksi banjir bagi daerah intensitas hujan tinggi
Jumat, 28 Juni 2019 17:43 WIB
BPPT akan terus mengembangkan dan mengimplementasikan inovasi teknologi yang dimiliki untuk mengantisipasi permasalahan tersebut
Jakarta (ANTARA) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) menyiapkan peralatan deteksi banjir untuk membantu wilayah-wilayah yang masih mengalami intensitas hujan tinggi.
Kepala BPPT, Hammam Riza melalui siaran pers di Jakarta, Jumat menjelaskan penyiapan alat tersebut dilakukan menyusul terjadinya musibah banjir di beberapa wilayah seperti Kowane, Sulawesi Tenggara, daerah-daerah di Sumatera Utara serta Samarinda. Kalimantan Timur.
“Pemerintah daerah melalui BPBD dapat bersurat ke BPPT c.q BBTMC untuk meminta bantuan pemantauan potensi banjir melalui deteksi potensi curah hujan dan potensi banjir/genangan dengan bantuan radar Furuno milik BBTMC,” katanya.
Hammam juga menyampaikan keprihatinan terjadinya musibah banjir di beberapa daerah.
“BPPT akan terus mengembangkan dan mengimplementasikan inovasi teknologi yang dimiliki untuk mengantisipasi permasalahan tersebut,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala BBTMC-BPPT Tri Handoko Seto menjelaskan radar yang digunakan dalam sistem observasi, yaitu radar Furuno Dual Polarization X-Band yang dipasang dalam sebuah mobil sehingga dapat berpindah tempat secara mudah sesuai dengan target observasinya.
“Radar Furuno merupakan radar yang compact dan tergolong ringan. Saat ini posisi radar di Serpong untuk memantau wilayah Jakarta sekitarnya. Namun, karena curah hujan sudah berkurang,sementara ini radar dinonaktifkan ,” katanya.
Radar Furuno memiliki jangkauan observasi hingga 70 km dan terhubung pada sistem R-Rainbows (Radar-Rainfall Observation for Early Warning System), yaitu sistem observasi dan monitoring curah hujan menggunakan radar untuk peringatan dini bencana banjir.
“Sistem ini akan mendeteksi wilayah dengan curah hujan yang tinggi dan akan mengirimkan peringatan atau warning melalui bot ke sistem internal,” kata Seto.
Menurut Halda Aditya Belgaman, Perekayasa Muda sekaligus Group LeaderPrediksi Cuaca dan Evaluasi Proses Teknologi Modifikasi Cuaca BBTMC–BPPT, data pantauan radar setiap lima menit akan langsung tersimpan di server BBTMC dan ditampilkan di website R-Rainbows.
Selain radar, R-Rainbows juga menghimpun data monitoring curah hujan menggunakan satelit TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission) yangdilakukan secara near real time setiap jam.
“Data diolah sehingga dapat dipetakan wilayah-wilayah dengan curah hujan diatas 20 mm/hari,” katanya.
Selain itu, R-Rainbows juga dilengkapi data prediksi cuaca WRF (Weather Research and Forecasting) untuk memperlihatkan prediksi cuaca regional untuk wilayah Indonesia.
“Prediksi hingga tiga hari ke depan, curah hujan lebat masih terjadi di wilayah Sumatera Utara, Sulawesi Tengah dan Papua,” katanya.
Sementara wilayah-wilayah lainnya, lanjut dia, intensitas hujan sudah berkurang dan memasuki musim kemarau, demikian Halda Aditya Belgaman.
Kepala BPPT, Hammam Riza melalui siaran pers di Jakarta, Jumat menjelaskan penyiapan alat tersebut dilakukan menyusul terjadinya musibah banjir di beberapa wilayah seperti Kowane, Sulawesi Tenggara, daerah-daerah di Sumatera Utara serta Samarinda. Kalimantan Timur.
“Pemerintah daerah melalui BPBD dapat bersurat ke BPPT c.q BBTMC untuk meminta bantuan pemantauan potensi banjir melalui deteksi potensi curah hujan dan potensi banjir/genangan dengan bantuan radar Furuno milik BBTMC,” katanya.
Hammam juga menyampaikan keprihatinan terjadinya musibah banjir di beberapa daerah.
“BPPT akan terus mengembangkan dan mengimplementasikan inovasi teknologi yang dimiliki untuk mengantisipasi permasalahan tersebut,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala BBTMC-BPPT Tri Handoko Seto menjelaskan radar yang digunakan dalam sistem observasi, yaitu radar Furuno Dual Polarization X-Band yang dipasang dalam sebuah mobil sehingga dapat berpindah tempat secara mudah sesuai dengan target observasinya.
“Radar Furuno merupakan radar yang compact dan tergolong ringan. Saat ini posisi radar di Serpong untuk memantau wilayah Jakarta sekitarnya. Namun, karena curah hujan sudah berkurang,sementara ini radar dinonaktifkan ,” katanya.
Radar Furuno memiliki jangkauan observasi hingga 70 km dan terhubung pada sistem R-Rainbows (Radar-Rainfall Observation for Early Warning System), yaitu sistem observasi dan monitoring curah hujan menggunakan radar untuk peringatan dini bencana banjir.
“Sistem ini akan mendeteksi wilayah dengan curah hujan yang tinggi dan akan mengirimkan peringatan atau warning melalui bot ke sistem internal,” kata Seto.
Menurut Halda Aditya Belgaman, Perekayasa Muda sekaligus Group LeaderPrediksi Cuaca dan Evaluasi Proses Teknologi Modifikasi Cuaca BBTMC–BPPT, data pantauan radar setiap lima menit akan langsung tersimpan di server BBTMC dan ditampilkan di website R-Rainbows.
Selain radar, R-Rainbows juga menghimpun data monitoring curah hujan menggunakan satelit TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission) yangdilakukan secara near real time setiap jam.
“Data diolah sehingga dapat dipetakan wilayah-wilayah dengan curah hujan diatas 20 mm/hari,” katanya.
Selain itu, R-Rainbows juga dilengkapi data prediksi cuaca WRF (Weather Research and Forecasting) untuk memperlihatkan prediksi cuaca regional untuk wilayah Indonesia.
“Prediksi hingga tiga hari ke depan, curah hujan lebat masih terjadi di wilayah Sumatera Utara, Sulawesi Tengah dan Papua,” katanya.
Sementara wilayah-wilayah lainnya, lanjut dia, intensitas hujan sudah berkurang dan memasuki musim kemarau, demikian Halda Aditya Belgaman.