Banjarmasin (ANTARA) - Perum Bulog Kalimantan Selatan menyiapkan 16 ton daging beku untuk mengantisipasi melonjaknya kebutuhan daging di provinsi ini menjelang Idul Fitri 1440 hijriah.
Kepala Bidang Komersial Bulog Kalsel Julianto di Banjarmasin pada pertemuan dengan ulama terkait pengendalian inflasi di Bank Indonesia, Senin, mengatakan, saat ini daging beku relatif diminati oleh warga Kalsel.
Hal itu terbukti, pada 2018 penjualan daging beku asal India tersebut mencapai 33,5 ton dan pada 2019 hingga Mei telah mencapai 25,1 ton, atau diprediksi naik dibanding tahun sebelumnya.
Menurut Julianto, pengadaan daging beku ini merupakan langkah untuk mengantisipasi kenaikan inflasi yang sering diakibatkan oleh kenaikan harga daging sapi, terutama menjelang lebaran, karena produksi tidak seimbang dengan kenaikan tingkat konsumsi.
Mengantisipasi hal tersebut, pemerintah melalui Perum Bulog berupaya mendatang daging kerbau beku dari India, dengan kualitas yang tidak kalah bagus dibanding daging segar, dengan harga yang jauh lebih murah.
Menurut dia, untuk harga daging segar, dalam satu tahan terakhir bertahan hingga Rp120 ribu per kilogram.
Bertahannya harga daging tersebut, tambah dia, pemerintah berupaya mengalihkan kebiasaan konsumsi daging sapi segar, dengan daging kerbau beku.
Awalnya, upaya tersebut tidak mendapatkan respon dari masyarakat, karena mereka menganggap daging kerbau tidak sebaik daging sapi, dan beberapa alasan lainnya.
Ternyata daging kerbau beku tidak kalah dengan daging sapi segar, Bulog menyosialisasikan dengan membuat masakan daging beku dan membagikannya secara gratis ke masyarakat.
"Tentu kami membagikannya dengan nasi dan ternyata upaya tersebut mendapatkan respon luar biasa," katanya.
Sejak saat itu masyarakat cukup meminati daging beku yang dijual Bulog.
Kehadiran daging beku ini, mampu menekan kenaikan harga daging yang biasanya selalu terjadi setiap Ramadhan dan menjelang lebaran.
BI juga mendorong masyarakat bersedia untuk membeli daging beku, untuk menekan kenaikan permintaan daging segar.
Kepala Wilayah Bank Indonesia Kalimantan Selatan Herawanto mengatakan, daging beku sama baiknya dengan daging segar, baik itu kualitas daging maupun gizinya.
Menurut dia, selama ini, daging segar menjadi salah satu komponen pangan yang menyebabkan terjadinya inflasi, terutama menjelang Ramadhan dan Idul Fitri.
"Bila masyarakat bersedia membeli daging beku, inflasi karena komoditas daging dapat terkontrol," katanya.
Selain itu, tambah dia, BI juga mendorong agar pemerintah daerah dan seluruh pihak terkait, mengembangkan program Rumah Pangan Lestari (RPL) melalui pemanfaatan lahan milik instansi dan pendiversifikasian komoditas.
Program tersebut perlu dijalankan untuk meningkatkan produksi pangan, terutama untuk beberapa komoditas penyebab inflasi.