Banjarbaru (Antaranews Kalsel) - Pemerintah Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, menggelar pawai bernuansa islami menyambut tahun baru Islam 1440 Hijriah yang berlangsung semarak diikuti ratusan peserta dari berbagai kelompok.
Kegiatan yang dipusatkan di depan Balaikota Banjarbaru, Kamis dibuka Wakil Wali Kota Darmawan Jaya Setiawan didampingi Ketua DPRD AR Iwansyah dan dihadiri pejabat pemkot setempat.
"Peringatan tahun baru Islam 1440 Hijriah bukan sebatas tanggal tanpa makna tetapi umat muslim di Kota Banjarbaru harus dimaknai aksi nyata perubahan ke arah perbaikan," ujar wawali saat melepas pawai.
Ia mengatakan, pawai bernuansa Islami yang diselenggarakan sebagai salah satu cara menyemarakkan dan menyambut datangnya tahun baru Islam sekaligus sebagai upaya untuk mewariskan budaya Islam.
Ditekankan, warisan budaya Islam dan pelestariannya sesuai norma dan aqidah Islam sangat penting bagi masyarakat terutama kalangan generasi muda sehingga dapat lebih mengembangkan kreatifitas umat.
"Melalui pawai yang diikuti ratusan peserta dari berbagai unsur itu diharapkan seluruh umat Islam khususnya di Banjarbaru mampu memelihara ukhuwah islamiyah dan kerukunan bermasyarakat," ucapnya.
Menurut dia, pawai yang digelar bukan sekedar perayaan tetapi bisa dimaknai untuk bisa menambah dan meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah maupun kepada masyarakat.
"Harapan kami, peringatan tahun baru Islam dijadikan sarana untuk instropeksi dan evaluasi diri agar bisa mengkaji kelemahan maupun kekurangan sehingga bisa menjadi lebih baik di masa depan," ujar dia.
Dikatakan, peringatan tahun baru Islam hendaknya juga dijadikan momentum perbaikan kualitas amal ibadah sehingga bisa menjadikan kehidupan lebih baik dimasa depan yang penuh cobaan.
"Makna tahun baru Islam juga diisi dengan menyebarkan kebaikan, cinta dan kasih sayang kepada segenap makhluk Allah di alam semesta sehingga tercipta suasana penuh kedamaian," ujarnya.
Sementara itu, pawai bernuansa Islam yang diikuti ratusan peserta dari kalangan murid TK, pelajar dan masyarakat disemarakan dengan peserta yang mengenakan pakaian Islami seperti baju gamis.
Tak ketinggalan, peserta kaum perempuan mengenakan pakaian tertutup mengiringi arak-arakan pawai membawa miniatur tempat ibadah maupun reflika hewan unta yang diarak bersama-sama.