Amuntai, (Antaranews Kalsel) -Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan berhasil menurunkan tingkat pernikahan dini yang sempat mencapai angka cukup tinggi di 2013.
Ternyata dibalik keberhasilan menekan angka pernikahan dini juga tidak lepas dari peran para remaja yang tergabung dalam Komunitas Genre di Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Remaja.
Plt. Kepala Dinas Kependudukan dan Keluarga Berencana Daerah (DKKBD) Hj.Anisah Rasyidah Wahid di Amuntai, Kamis mengatakan, keberadaan Komunitas Genre turut membantu upaya DKKBD dalam menurunkan angka pernikahan dini.
"Melalui Komunitas Genre di PIK Remaja, maka pendekatan kepada generasi muda di sekolah dan perguruan tinggi bisa lebih leluasa dilakukan," ujar Anisah.
Anisah mengatakan, PIK remaja menyampaikan sosialisasi mengenai kesehatan reproduksi remaja, perencanaan memasuki usia perkawinan, bahaya narkoba dan sebagainya, melalui metode tatap muka, menggunakan media seperti media sosial, layar LCD, alat peraga, monopoli dan lainnya.
Dikatakan, pernikahan usia dini di HSU sempat mencapai angka tertinggi se Kalimantan Selatan pada 2013 dan berhasil diturunkan secara bertahap dalam lima tahun terakhir.
Anisah mengapresiasi dan berterima kasih kepada Komunitas Genre yang sudab berperan aktif dalam membantu menginisiasi generasi muda agar menghindari perkawinan usia dini.
"Meski dibawah binaan DKKBD namun anak-anak muda ini bekerja tanpa digaji atau beri insentif dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan," kata Anisah.
Ketua PIK Remaja Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Muhammad Ainor Rahman mengatakan, anggota PIK Remaja terpanggil untuk berpartisipasi membantu untuk menekan angka pernikahan dini karena dilingkungan mereka sendiri sering terjadi persoalan ini.
Wakil Ketua PIK Remaja Abdul Ghani menambahkan, sebagai remaja mereka juga pernah merasakan akan kebutuhan remaja terhadap bimbingan, terlebih remaja yang tidak memiliki orang tua atau kerabat yang kurang memperhatikan persoalan mereka.
Seringkali, kata Ghani, anggota PIK Remaja dicemooh, karena status mereka yang belum menikah dianggap tidak layak memberikan sosialisasi mengenai perkawinan dan permasalahan keluarga.
Tetapi melalui pengalaman konseling dengan para remaja, Ghani dan anggota PIK Remaja lainnya menjadi tahu akan permasalahan yang sering dihadapi remaja dan kebutuhan mereka.
"Informasi berharga yang kami peroleh dari berbagai kegiatan konseling ini kami bagikan kepada para orang tua agar bisa lebih baik dalam mendidik keluarga," kata Ghani.
Melalui kegiatan sosialisasi ke sekolah-sekolah secara tidak langsung mereka juga memberikan motivasi dan inspirasi kepada siswa agar tidak putus sekolah.
Anggota PIK Remaja mencoba memberikan pencerahan agar para siswa termotivasi melanjutkan pendidikan sehingga tidak tertarik melakukan perkawinan usia muda.
"Bagi siswa dari keluarga kurang mampu kita sampaikan informasi mengenai beasiswa yang disediakan pemerintah," katanya lagi.
Ghani mengaku kendala yang dihadapi anggota PIK Remaja adalah mengubah pola pikir (mind set) dikalangan orang tua, pelajar dan mahasiswa yang masih menganggap perkawinan usia muda atau berhenti sekolah tidak masalah.
Guna menyemangati komunitas Genre dan menarik minat remaja oleh pihak DKKBD HSU dilaksanakan berbagai lomba seperti lomba yel-yel genre yang pernah dimenangkan komunitas Genre HSU ditingkat Provinsi Kalsel bahkan berlanjut meraih juara dua tingkat nasional.
"Lomba lainnya seperti lomba bercerita dan lomba pidato mengenai genre juga dilaksanakan, bahkan setiap tahun kita laksanakan pemilihan duta genre," pungkasnya.