"Sewaktu mondok di Martapura sering bersama Guru Sekumpul," ujar Mahlani.
Mahlani mengatakan, almarhum KH Mahyuddin belajar di Ponpes Darussalam Martapura hingga kembali pulang ke Amuntai pada 1967.
Guru Sekumpul merupakan salah satu guru dari KH Mahyuddin yang paling dekat dengannya, satunya lagi yakni KH Anang Sahran Arief.
Pada 1968 Guru Sekumpul pernah mengunjungi dan bermalam di kediaman KH Mahyuddin di Desa Kandang Halang dan menyelenggarakan Maulid Habsy pada malam harinya yang selanjutnya selalu dilaksanakan KH Mahyuddin dikediaman hingga akhir hayatnya.
Mahlani lantas menceritakan, kejadian menarik seputar pertemanan KH Mahyuddin dengan Guru Sekumpul dan dua ulama asal Amuntai lainnya yakni KH Riduan Lok Bangkai dan KH Sukri Unus bahwa tempat tidur keempat Ulama ini dikediaman KH Mahyuddin sesuai dengan urutan wafatnya.
"Berdasarkan penuturan Mamad salah satu kerabat KH Mahyuddin bahwa urutan tempat tidur KH Mahyuddin lebih dulu disusul tempat tidur KH Riduan Lok Bangkai, kemudian tempat tidur Guru Sekumpul dan terakhir tempat tidur KH Sukri Unus," paparnya.
Entah kebetulan, lanjutnya, faktanya KH Mahyuddin meninggal lebih dulu tahun 1974, KH Riduan Lokbangkai meninggal 1999, Guru Sekumpul meninggal 2005 dan masih hidup saat ini adalah KH Sukri Unus.
Pengasuh Ponpes Darussalam lainnya KH Masran Hamdan menuturkan beberapa akhlaq dan sifat zuhud Almarhum KH Mahyuddin.
Mahyudin lahir di Kandang Halang Amuntai 1947 dan wafat di Kandang Halang 1974. Beliau besekolah di Kandang Halang kemudian melanjutkan pendidikan lebih tinggi ke Martapura.
Orang tua dan guru-guru beliau menginginkan beliau kembaki ke kampung halaman untuk mengembangkan syiar Islam dan pendidikan agama, sehingga sepulangnya dari Martapura, tahun 1967 KH Mahyudin mendirikan Madrasah yang diberi nama Darussalam.
Beliau juga mengajar di Madrasah Darussalam, cara mengajar beliau terkenal keras terutama dalam hafalan, namun santriwan santriwati merasakan manfaatnya dikemudian hari.
Sampai saat ini Madrasah yang didirikan beliau tetap berjalan dengan baik dan menjadi Pondok Pesantren Darussalam.
Hingga kini Pengasuh Ponpes tidak memungut biaya pendaftaran dan SPP sesuai keinginan Almarhum KH Mahyuddin bahkan lima tahun terakhir finansial Ponpes Darussalam sedikit berkembang sehingga mampu membelikan baju untuk santri/santriwatinya.