Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan mengembangkan budi daya perikanan kakap putih di Desa Teluk Tamiang, Kabupaten Kotabaru yang telah berjalan selama 2 tahun.
Kepala Kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalsel, melalui Unit Pelaksana Teknis Kantor Perikanan Budi Daya Air Payau dan Laut (PBAPL) Humaidi di Banjarmasin Rabu mengatakan, sampai saat ini kegiatan pembenihan PBAPL Kotabaru cukup berhasil.
Menurut dia, sampai saat ini unit pengembangan perikanan tersebut, telah menghasilkan 20 ribu sampai 80 ribu benih per siklus.
Dalam satu tahun, kata dia, terdapat 6 siklus pembenihan, dengan tingkat keberhasilan 10 sampai 21 persen.
Bibit ikan kakap putih tersebut, didapatkan dari hasil pemijahan yang kemudian dijual ke pembudidaya tambak,keramba jaring apung wilayah Kotabaru, Tanah Bumbu dan Tanah Laut serta program bantuan benih Dinas Kelautan dan Perikanan Prov Kalsel.
Budidaya ikan kakap putih dengan menggunakan "floating net cage" atau jaring apung tersebut, juga telah berhasil dilakukan oleh Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Lampung, Ambon, Lombok, Situbondo dan Batam dan Kalsel.
Selain itu, negara tetangga, yaitu Malaysia dan Singapura, juga telah sukses mengembangkan ikan dengan nilai ekonomis tinggi tersebut.
Dukungan untuk usaha pemeliharaan ikan kakap di Indonesia, dilakukan pemerintah dengan dikeluarkannya Paket Teknologi Budidaya Kakap Putih di Keramba Jaring Apung, melalui rekomendasi Ditjen Perikanan No.IK.330/D2.10876/93K.
Sebelumnya, Teluk Tamiang dan sekitarnya akan dijadikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), secepatnya akan dilakukan peninjauan lokasi maupun pengembangan fasilitas umum yang dapat menunjang tercapainya KEK di Kalsel.
Kendalanya, kata dia, kondisi jalan dan fasilitas transportasi yang minim, menghambat cepatnya sampai bibit ikan maupun benih ke pembudidaya lain di daerah lain.
Senada dengan Humaidi, Kepala Desa Teluk Tamiang, Burahim mengungkapkan kondisi akses jalan yang masih rusak dan alat transportasi yang terbatas, turut mempengaruhi perkembangan ekonomi warga.
Tokoh masyarakat Desa Teluk Tamiang, Sulaiman mengatakan, dulunya desa itu merupakan penghasil rumput laut dan kerang mutiara, namun beberapa tahun terakhir ini rumput laut dan kerang mutiara sudah sulit sekali untuk ditemukan akibat dari kerusakan ekosistem yang maish belum diketahui penyebabnya.
"Rumput laut dan kerang mutiara disini dahulu sangat indah dan mudah didapatkan, bahkan sempat dibudidayakan," katanya.
Namun, tambah dia, beberapa tahun terakhir sudah sulit sekali ditemukan, memang belum ada kepastian atau penelitian pasti kenapa bisa hilang begitu rumput laut dan kerang mutiaranya.
"Kami memperkirakan akibat dari kerusakan dan pencemaran ekosistem? ucap Sulaiman yang pernah menjabat menjadi Kepada Desa Teluk Tamiang selama 25 Tahun dari Tahun 1984- 2008.
