Balangan, (Antaranews Kalsel) - Perjalanan hidup Siti Fatimah (8) dan kakaknya Maswi (12), bocah asal Desa Bihara, Kecamatan Awayan, Kabupaten Balangan, penderita kanker sel darah atau leukimia yang akhirnya meninggal dunia, di RSUD Ulin Banjarmasin, Sabtu (2/9) layak menjadi teladan bagi masyarakat.
Cerita ketabahan dan kesabaran Siti Fatimah dan sang kakak Maswi dalam menghadapi berbagai cobaan hidup, dalam satu bulan terakhir, mendapatkan perhatian dan simpati yang cukup mendalam dari sebagian masyarakat dan pejabat di Kalimantan Selatan.
Para pemuka daerah, mulai dari Wakil Gubernur, Kapolda, DPRD, bupati, para dokter, dan pejabat lainnya, silih berganti menjenguk dan memberikan semangat kepada Maswi sang kakak, yang masih berusia 12 tahun, yang menjaga dan selalu menemani adiknya dalam berjuang melawan penyakitnya.
Perjuangan Maswi, yang rela meninggalkan masa kanak-kanak dan bangku sekolah serta masa -masa bermain bersama teman sebayanya, demi mengurus adiknya yang terbaring semenjak di PKM Kecamatan Awayan pada 18 Juli 2017, hingga dirawat ke RSUD Balangan dan akhirnya dirujuk ke RSUD Ulin Banjarmasin sekitar 27 Juli 2017 membuat banyak pihak mengaku terharu.
Siti Fatimah, pertama kali diantar pihak keluarga ke PKM Awayan, karena menderita nyeri perut dan nyeri bahu, setelah seminggu sebelumnya, ia terjatuh disungai, dan perutnya terbentur lanting atau (rakit tempat mandi di sungai.
Menurut dr Dina, pasien datang pada 18 Juli 2017, dibawa oleh keluarga, dan datang dengan penurunan kesadaran yang ditandai dengan kondisi fisiknya terlihat sangat pucat.
Dengan anamnesis yang didapat dari keluarga pasien, bahwa Siti Fatimah sempat jatuh sebanyak dua kali sejak dua minggu sebelumnya.
"PKM langsung melakukan penanganan kegawatdaruratan, mengingat kondisi pasien semakin memburuk, dan saat masuk, Hb darah saat itu 1,7. Pasien langsung dirujuk ke RSUD Balangan," kata dr Dina yang pertamakali menangani Siti Fatimah di PKM Kecamatan Awayan.
Dikatakan Direktur RSUD Balangan, Dr Ferry, saat berada di RSUD Balangan, Siti Fatimah sempat mendapatkan penanganan serius oleh Spesialis Bedah Rumah Sakit.
"Sesuai perintah Bupati Balangan, H Ansharuddin, yang menerima laporan warga, beliau memerintahkan agar pasien tersebut harus ditangani serius. Di RSUD Balangan sempat ditransfusi 10 kantong darah, dan Hb nya sempat naik, namun trombositnya tidak naik. " jelasnya.
Sehingga dengan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) perawatan Siti Fatimah dilanjutkan ke RSUD Ulin Banjarmasin, dan bekerja sama dengan Kepala Desa setempat, kita memberikan bantuan untuk kebutuhan di sana serta kebutuhan keluarga yang menunggu disana.
Bahkan lanjut dia, selama di RSUD Balangan, sudah pula dijenguk oleh Ketua dan Anggota DPRD Balangan, serta bantuan sudah mulai berdatangan, selain dari Pemerintah Kabupaten Balangan sendiri, terangnya.
Maswi dan Siti Fatimah merupakan anak kandung pasangan Arbani dan Masni. Sejak usia balita, kedua bocah kecil itu sudah melewati tempaan hidup yang keras di tengah keterbelakangan kedua orang tuanya.
Masni, ibu kandung Maswi, hanya di rumah. Kemudian sang Ayah, Arbain bekerja serabutan apa adanya. Dengan keadaan tersebut Maswi dan Siti Fatimah dipaksa hidup mandiri karena kondisi keluarga.
Selain keadaan kurang mampu dan keadaan orang tua dalam kondisi keterbelakangan, nasib malang kembali menimpa, rumah mereka harus terbakar habis beberapa bulan lalu, dan kini mereka hanya menempati bangunan dari kalsiboard berukuran 3 x 3 meter, yang dibangun diatas puing-puing rumah yang hangus terbakar.
Maswi duduk di kelas enam dikenal sosok anak periang dan juga pintar dalam pelajaran. Dan si adik tercinta, Siti Fatimah yang duduk di kelas tiga, lebih pendiam. Kedua bocah ini sekolah di SDN Nungka, Kecamatan Awayan, Kabupaten Balangan.
Maswi dikenal sosok yang mandiri dan sayang terhadap adiknya Siti Fatimah. Segala administrasi sekolah, seperti identitas keluarga dan kartu keluarga demi keperluan sekolah ia dan adiknya, semua diurus Maswi. Dan urusan lainnya yang harus melibatkan orang dewasa, para dewan guru maupun warga akan membantunya.
Sejak Siti Fatimah dirawat, Maswi bersama Ayahnya menjaga sang adik dengan penuh kasih sayang. Namun karena keadaan sang ayah yang terkadang sering memarahinya dengan alasan kurang jelas saat di ruang rumah sakit, memaksa Maswi meminta para tetangga agar membawa ayahnya pulang kerumah, agar tidak menyulitkan ia mengurus adiknya.
Maswi pun akhirnya mengambil tanggung jawab menemani dan mengurus adiknya seperti menjaga, memanggil perawat, mengganti popok sang adik dan hal lainnya yang seharusnya dikerjakan orang dewasa, khususnya orang tuanya.
Sampai akhirnya kisah, perjuangan Maswi saat mencari darah untuk adiknya di rumah Sakit Ulin Banjarmasin, tanpat ditemani orang tua maupun sanak saudara nya diketahui oleh para warganet dan kisahnya menjadi viral di media sosial.
Maswi sempat pulang ke kampung halaman pada Kamis (31/8) hingga Jumat (1/9) untuk merayakan lebaran Idul Adha bersama kedua orang tua dan keluarga dan Jumat itu pula sekitar pukul 16.00 Wita, Maswi dan ibunda tercinta kembali berangkat ke RSUD Ulin Banjarmasin.
Selama Maswi merayakan lebaran di kampung halaman, Pemkab Balangan menugaskan seseorang untuk menggantikan tugas Maswi, bahkan rencananya saat Siti Fatimah mulai menjalani perawatan medis intensif, Pemkab Balangan bersama TP PKK Balangan sudah menunjuk beberapa petugas untuk merawat Maswi dan Siti Fatimah di perawatan.
Pemkab juga berupaya maksimal untuk membantu sepasang kakak beradik, bukan hanya perawatan untuk Fatimah, baik kemoterapi maupun perawatan medis lainnya, bakan juga pendidikan Maswi.
Sebelumnya, Dinas Pendidikan Balangan, berencana memindahkan sekolah Maswi ke Banjarmasin, sehingga selain bisa menunggu pengobatan adiknya, juga bisa tetap melanjutkan pendidikan.
Akhirnya Maswi pun harus merelakan Siti Fatimah yang ia jaga dan tak ingin ia tinggalkan sedetikpun, untuk selama-lamanya, setelah berjuang di masa kritisnya, Sabtu (2/9) sekitar pukul 22.52 Wita di RSUD Ulin Banjarmasin.
Sejak di rumah sakit, hingga jenazah Siti Fatimah tiba di rumah duka di Desa Bihara, Minggu (3/9) sekitar pukul 04.00 Wita, wajah letih dan sedih, dengan sesekali ia menyeka air matanya, Maswi tidak pernah beranjak dari jasadnya adiknya.
Pandangannya, hampir tidak pernah lepas dari jenazah adik tercintanua, ia tetap berusaha ada disisi dan menemani adiknya.
Minggu, pukul 10.00 wita, jenazah Siti Fatimah akan dikebumikan di pemakaman setempat, yang akan menjadi hari terakhir Maswi melihat adik tercintanya.
Sementara itu yang masih menjadi pertanyaan, kemana arah bantuan sumbangan masyarakat yang kini telah mencapai lebih dari Rp130 juta dan siapa yang nantinya akan mengurus semuanya untuk Maswi hingga ia mencapai cita-citanya.