Rantau (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan, mencatat sebanyak 17 kejadian bencana terjadi sepanjang September 2025, didominasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta cuaca ekstrem.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Tapin H Akhmad Syofyan mengatakan, Berdasarkan data Pusat Pengendalian dan Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) BPBD Tapin per 30 September 2025, karhutla paling banyak terjadi di Kecamatan Tapin Selatan, Tapin Tengah, Bungur, Bakarangan, dan Candi Laras Utara.
Baca juga: Dinsos Kalsel tetap siaga karhutla usai cabut status siaga darurat
"Hujan deras disertai angin kencang melanda beberapa desa seperti Parigi Kacil, Parigi Simbar, Sarawi, dan Lawahan, menyebabkan sejumlah rumah warga mengalami kerusakan," ujarnya.
Akibat peristiwa tersebut, ucap Sofyan, 10 kepala keluarga dengan 33 jiwa terdampak, dengan total kerugian material diperkirakan mencapai Rp420 juta.
Ia menambahkan, seluruh bencana telah ditangani berkat respon cepat Tim Reaksi Cepat (TRC) bersama TNI, Polri, Satpol PP, dan relawan.
“Begitu laporan masuk, tim langsung bergerak ke lokasi. Untuk titik karhutla yang sulit dijangkau, kami juga mendapat dukungan water bombing dari Satgas Udara BPBD Provinsi Kalsel,” kata Sofyan.
Ia menyebutkan, seluruh titik bencana kini dalam kondisi terkendali, namun BPBD terus memperkuat kesiapsiagaan dan mitigasi guna meminimalkan risiko kejadian serupa.
Menurut Syofyan, ada lima langkah utama yang dijalankan BPBD Tapin, antara lain pemetaan wilayah rawan, penyuluhan dan sosialisasi, pelatihan kesiapsiagaan, pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana), serta penerapan sistem peringatan dini.
“Mitigasi menjadi fokus utama kami. Edukasi dan kesiapsiagaan masyarakat penting agar risiko bencana bisa ditekan sekecil mungkin,” ucapnya.
Sofyan menghimbau, warga agar tetap waspada terhadap perubahan cuaca yang tidak menentu, terutama di masa peralihan musim.
Baca juga: Puluhan hektare di tiga kecamatan HSS terdampak karhutla
“Musim kemarau masih berpotensi menimbulkan karhutla, sedangkan pancaroba bisa memicu angin kencang dan hujan lebat. Segera melapor bila muncul tanda-tanda bencana,” ungkapnya.
