Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menilai serius dampak banjir di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, Jawa Barat (Jabodetabek). Hanya dalam beberapa hari bencana banjir bandang itu menyebabkan kerugian sosial-ekonomi lebih dari Rp1,69 triliun
Nilai kerugian tersebut berdasarkan hasil rekapitulasi yang diterima BNPB dalam rapat koordinasi tingkat menteri, membahas penanganan dan pengurangan risiko bencana banjir jangka pendek - menengah di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Jakarta, Kamis.
"Total nilai kerusakan dan kerugian akibat bencana ini mencapai Rp1.699.670.076.814. Angka ini mencerminkan dampak serius terhadap infrastruktur, perekonomian, dan kehidupan masyarakat di daerah terdampak," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangannya di Jakarta, Kamis malam.
Abdul dalam laporannya menguraikan secara rinci dampak besar terhadap ekonomi dan kehidupan masyarakat korban banjir yang melanda Jabodetabek yang terjadi Minggu (2/3) dan Senin (3/3).
Baca juga: BNPB: Penertiban bangunan oleh Gubernur Jabar harus konsisten
BNPB mencatat nilai kerusakan dampak banjir yang tertinggi terjadi di Kabupaten Bekasi sebesar Rp659,1 miliar dengan tambahan kerugian sebesar Rp20,9 miliar, sehingga total dampaknya mencapai Rp 680 miliar. Sementara Kota Bekasi mengalami kerugian terbesar tanpa adanya laporan kerusakan dengan total Rp 878,6 miliar.
Selanjutnya Provinsi Jakarta, total kerusakan dan kerugian mencapai Rp1,92 miliar, kemudian Kabupaten Bogor sebesar Rp96,7 miliar, Kota Depok senilai Rp 28,8 miliar.
Meskipun tanpa laporan kerusakan fisik, kata dia, Kabupaten Tangerang mencatat kerugian sebesar Rp5,06 miliar dan hanya Kota Tangerang - Kota Tangerang Selatan tidak melaporkan adanya kerusakan atau kerugian yang signifikan.
Menurut dia, kerusakan rumah serta kerugian akibat kehilangan barang dan kebutuhan dasar memberikan dampak besar bagi masyarakat terdampak, dimana untuk sektor perumahan paling terdampak, dengan nilai kerusakan dan kerugian mencapai Rp1.344.732.352.500.
Selanjutnya infrastruktur mengalami kerusakan dengan senilai Rp45,880 miliar, dan kerugian akibat gangguan akses transportasi dan fasilitas umum mencapai Rp110.117.582.000. Dengan begitu total kerugian sektor ini mencapai Rp155.997.582.000.
Baca juga: BNPB upayakan percepatan tangani banjir Bekasi, dari pompa hingga OMC
Selain itu sektor ekonomi juga terdampak cukup besar, dengan nilai kerusakan mencapai Rp130,275 miliar serta kerugian akibat penurunan aktivitas ekonomi senilai Rp14.188.511.000.
"Hal ini mencerminkan bagaimana bencana banjir tidak hanya merusak infrastruktur fisik tetapi juga menghambat roda perekonomian masyarakat," kata Abdul.
Sedangkan sosial mengalami kerugian sebesar Rp36.786.198.314 yang mencakup gangguan layanan kesehatan, pendidikan, serta peningkatan kebutuhan bantuan sosial bagi masyarakat terdampak. Bahkan, kerugian lintas sektor mencatat total kerugian sebesar Rp352.452.000.
"Istilah ini mencakup berbagai aspek, seperti dampak terhadap tata kelola pemerintahan, lingkungan, dan lainnya dalam penanganan bencana. Dengan total nilai kerusakan dan kerugian yang hampir mencapai Rp 1,7 triliun, banjir Jabodetabek 2025 menjadi salah satu bencana dengan dampak ekonomi dan sosial yang besar," katanya.
BNPB, kata dia, juga berkontribusi besar dengan melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) untuk mengendalikan intensitas hujan di wilayah terdampak dan bantuan berupa dana operasional serta bantuan logistik dan peralatan senilai Rp8.225.706.356 kepada pihak-pihak terkait dalam penanganan bencana.
Baca juga: BNPB sebut evakuasi korban banjir kolaborasi dengan banyak pihak
Baca juga: Kemenhut usulkan tinjauan tata ruang di 4 DAS penting Jabodetabek
Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Risbiani Fardaniah