Berbagai jenis tanaman seperti kangkung, terong, lombok, tomat, seledri, timun, sawi, daun sop, daun bawang, dan jahe, tumbuh subur dalam halaman rumah terbatas di lingkungan perkotaan.
Baca juga: Banjarbaru wujudkan kemandirian pangan melalui optimalisasi lahan
Ketua KWT Zea Mays Banjarbaru Mimin Suprapti di Banjarbaru, Sabtu, menyampaikan KWT dapat menjadi solusi bagi kebutuhan pangan rumah tangga sekaligus meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat karena dapat merasakan hasil panen produk kelompok.
“Masyarakat dapat merasakan, menikmati hitungannya, untuk hasil yang kami keluarkan dari KWT kami, dan mereka bisa membeli dengan harga yang murah juga, tidak seperti harga di pasar,” katanya.
Dia juga mengatakan, penerapan urban farming ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan masyarakat, mengoptimalkan lahan pekarangan, serta memberikan manfaat ekonomi bagi anggota kelompok.
Dengan jumlah anggota sebanyak 22 orang, Mimin menjelaskan untuk perawatan tanamannya dilakukan secara bergantian.
“Untuk kerjasamanya setiap sore kami mengadakan penyiraman penanaman, dan apabila ada tanaman yang ingin ditanam kembali,” tuturnya.
Baca juga: Lapas Banjarbaru panen raya pertanian dari hasil program kemandirian
Diinformasikan, program Urban Farming merupakan salah satu program unggulan Pemerintah Kota Banjarbaru.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Banjarbaru Abu Yajid Bustami menjelaskan, urban farming merupakan salah satu program Pemkot Banjarbaru dalam pengelolaan pertanian perkotaan.
"Program urban farming menjadikan lahan sekitarnya menjadi kawasan yang bisa ditanami berbagai pohon dan tanaman sayuran sehingga bisa menghasilkan produk yang dapat dirasakan masyarakat," ujarnya.
Dikatakan dia, urban farming merupakan salah satu program yang termasuk dalam visi dan misi wali kota untuk direalisasikan demi peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Kota Banjarbaru.
Baca juga: Banjarbaru siapkan 1.500 hektare lahan pertanian berkelanjutan