Barito Kuala, Kalsel (ANTARA) - Rismawati alias Risma, seorang perempuan berusia 48 tahun dari Desa Anjir Muara, Kabupaten Barito Kuala (Batola), Provinsi Kalimantan Selatan telah menggeluti profesi petani selama 20 tahun. Selain bertani, ia juga merupakan satu-satunya penyuluh swadaya perempuan di desanya.
Perannya sebagai petani tidak biasa, Rismawati menangani semua aspek pekerjaan di ladang, termasuk mengoperasikan traktor, panen, dan perawatan tanaman.
Baca juga: Maulana fokus prioritas tunjang pembangunan pertanian Batola Kalsel
"Setiap pekerjaan, baik berat maupun ringan, saya kerjakan," ujarnya sambil tersenyum.
Sebagai seorang ibu rumah tangga, Risma juga membagi waktunya untuk mengurus keluarga dan menjalankan usaha kecil berjualan mainan anak-anak.
"Subuh saya urus anak-anak, pagi berjualan mainan, sore di ladang, dan malamnya lanjut urus rumah," tambahnya.
Meski tugasnya sangat banyak, Risma tidak pernah kehilangan semangat untuk terus berkontribusi bagi keluarganya.
Bantuan dari pemerintah, seperti subsidi pupuk dan alat pertanian, sangat membantu kelancaran pekerjaannya di ladang.
"Bantuan traktor mempercepat pekerjaan kami," jelas Risma.
Bantuan tersebut, menurut Risma, dapat mengurangi beban kerja fisik dan meningkatkan produktivitas. Dukungan teknis dari pemerintah sudah cukup baik memfasilitasi pertumbuhan pertanian.
Namun, Risma menuturkan pelatihan khusus tentang pemberdayaan perempuan masih sangat jarang.
"Pelatihan seperti pemberdayaan perempuan atau kesetaraan gender belum pernah ada," ungkapnya.
Baca juga: Kalsel kemarin, LPTQ Balangan tingkatkan cabang unggulan hingga Karantina-ULM majukan pertanian dan perikanan
Peran Ganda dan Dedikasi
Rismawati tak hanya menjalankan peran sebagai petani dan ibu, namun juga sebagai penyuluh swadaya yang membimbing petani lain di Desa Anjir Muara.
Sebagai satu-satunya perempuan di antara penyuluh lainnya, ia ingin membuktikan bahwa kaum hawa juga memiliki kemampuan dan peran penting pada sektor pertanian.
"Saya ingin perempuan juga bisa berperan penting di dunia pertanian," tuturnya.
Dedikasi Risma menjadi penyuluh menunjukkan kepedulian terhadap komunitas, membantu petani lain meningkatkan kualitas hasil pertanian.
Meskipun ia belum pernah mendapatkan pelatihan formal tentang pemberdayaan perempuan, semangat Risma sudah tertanam kuat dalam diri.
Ia percaya bahwa jika program pemberdayaan perempuan lebih tersedia di komunitasnya, potensi perempuan di bidang pertanian akan semakin besar.
Pelatihan yang lebih komprehensif terkait hak-hak perempuan dan pemberdayaan bisa memperluas peran perempuan di berbagai bidang, tak hanya terbatas pada pertanian.
Baca juga: Tinggalkan pertanian, petani Batola Kalsel beralih ke perkebunan
Berdayakan Perempuan
Rismawati merupakan bukti kuat bahwa perempuan dapat menjadi pilar penting pada sektor pertanian dan masyarakat, bahkan tanpa dukungan penyuluhan formal.
Dengan kegigihan, ketekunan, dan keterampilan, ia telah menunjukkan bahwa perempuan bisa berdiri sejajar dengan laki-laki dalam pekerjaan yang berat sekalipun.
Namun, jika pelatihan terkait hak dan pemberdayaan perempuan lebih tersedia, potensi mereka dapat tumbuh lebih jauh.
Dukungan tambahan ini bukan hanya akan memperkaya pemahaman mereka tentang kesetaraan gender, tetapi juga memperkuat peran mereka sebagai penggerak perubahan sosial dan ekonomi di komunitas petani setempat.
Mengakhiri perbincangan, Rismawati menyampaikan pesan penuh inspirasi bagi khalayak.
"Selama saya bisa bekerja dan mendapatkan penghasilan, berapa pun itu, saya bersyukur," ungkap Risma.
Ucapan Risma tersebut mencerminkan semangat yang tak kenal lelah untuk terus berkontribusi bagi keluarga maupun komunitas.
Sosok Rismawati adalah teladan nyata dari perempuan berdaya yang menjalankan peran ganda dengan penuh dedikasi, menunjukkan bahwa dengan tekad yang kuat, perempuan mampu menghadapi berbagai tantangan.
Perempuan seperti Rismawati memainkan peran penting terhadap pembangunan masyarakat pedesaan. Meskipun tantangan yang dihadapi tidak ringan, namun dukungan besar dari pemerintah dan program pemberdayaan yang lebih luas, Risma bisa menjadi penggerak utama pada pembangunan pertanian dan sosial.
Baca juga: Asisten: Program pengembangan padi 2023 di Batola seluas 14.149 hektare
Penulis: Afifah Liana mempublikasikan pemberdayaan petani perempuan sebagai data referensi untuk rencana studi Magister Kajian Wanita Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur.***
Risma, wanita sang inspirator pertanian dari Anjir Muara
Sabtu, 12 Oktober 2024 21:50 WIB