Pola pikir sebagian besar masyarakat adat Dayak Meratus di Kalimantan Selatan, khususnya yang berkaitan dengan pendidikan, harus berubah bila mereka ingin maju, ujar Koordinator Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Adat (LPMA) Borneo Selatan, Juliade.
Dikatakannya saat ditemui di Paringin, ibu kota Balangan, Senin, dalam hal pendidikan saat ini masih banyak masyarakat adat Dayak Meratus yang menganggap sekolah itu tidak penting," ujarnya.
Dari hasil penelitian dan survei yang selama ini dilakukan oleh LPMA Borneo Selatan, disimpulkan bahwa banyak dari masyarakat adat Dayak Meratus yang masih menganut pola pikir yang menghambat kemajuan mereka sendiri.
"Masih ada para orang tua yang beranggapan bahwa sekolah itu tidak penting dan hanya menyita waktu anak-anak mereka yang seharusnya dapat membantu orang tua di ladang atau di kebun maupun berburu," katanya.
Sekolah hanya dibutuhkan agar bisa membaca dan berhitung sehingga mudah melakukan transaksi ekonomi dengan masyarakat lokal lainnya di luar Dayak Meratus.
Kondisi tersebut akhirnya juga mempengaruhi pola pikir anak-anak dan generasi muda Dayak Meratus yang kemudian menurunkannya lagi kepada anak-anak mereka.
Ia menambahkan, terlebih lagi pada anak perempuan Dayak Meratus, sekolah dipandang tidak penting karena setelah besar mereka akan ikut suami saja.
"Kondisi tersebut diperparah oleh pembangunan di bidang pendidikan yang sangat minim oleh pemerintah di wilayah mereka," tambahnya.
Kebanyakan wilayah pemukiman masyarakat adat Dayak Meratus tidak memiliki bangunan sekolah. Untuk sekolah, mereka harus menempuh jarak yang sangat jauh dengan medan yang sulit.
Hal tersebut semakin memperparah pola pikir yang sudah ada sehingga animo dan kesadaran untuk bersekolah menjadi sangat rendah.
Ia mengatakan, perlu sebuah gerakan oleh lembaga-lembaga adat dan pemerintah serta swasta dalam upaya merubah pola pikir masyarakat adat Dayak Meratus.
"Perubahan pola pikir tersebut, disertai pula dengan pembangunan pedidikan yang betul-betul di awasi oleh pemerintah sehingga tidak ada lagi kasus guru tidak mau mengajar di sekolah terpencil," ujarnya.
Perlu juga diberikan apresiasi terhadap generasi muda Dayak Meratus yang memiliki keinginan besar untuk sekolah dengan memberikan beasiswa misalnya.
Sehingga nantinya mereka bisa kembali ke daerahnya untuk berkecimpung dan berperan langsung membangun dunia pendidikan di daerahnya masing-masing, demikian Juliade./adi*C