Banjarmasin (Antaranews Kalsel) - Ketua komisi II bidang ekonomi dan keuangan DPRD Kalimantan Selatan Suwardi Sarlan menyatakan, pihaknya bermaksud mempelajari cara pengolahan air asin menjadi tawar di Jeddah, Arab Suadi.
"Konon, air tawar di Jeddah, salah satu kota pelabuhan terbesar di Arab Suadi itu sumber air baku dari Laut Merah yang airnya terasa asin," ujarnya di Banjarmasin, Selasa.
Oleh sebab itu, pada kesempatan kunjungan kerja (kunker) ke luar daerah, anggota Komisi III DPRD Kalimantan Selatan (Kalsel) berkeinginan mengetahui/mempelajari pengolaha air asin dari Laut Merah menjadi air tawar dan menjadi konsumsi masyarakat Jeddah.
"Kita ingin mengetahui teknologi yang mereka gunakan dalam mengolah air asin menjadi tawar, serta `cost` (pembiayaan) yang mereka keluarkan dan sistem pengelolaan," tuturnya didampingi staf Komisi II DPRD Kalsel H Norifansyah dan Khaidir.
Namun Ketua Fraksi Partai Persatuan Pembangunan DPRD Kalsel tersebut belum bisa memastikan jadwal kunker Komisi II itu ke Jeddah untuk mempelajari pengolahan air laut menjadi air tawar, kecuali menyatakan, akan membicarakan secara internal terlebih dahulu.
Menurut dia, Kalsel yang kini terdiri atas 13 kabupaten/kota dan berpenduduk mencapai empat juta jiwa perlu berpikir jauh ke depan mengenai sumber air baku buat mandi, cuci, kakus (MCK), terutama kebutuhan konsumsi.
Pasalnya, lanjut dia, ke depan kemungkinan akan semakin sulit mendapatkan/mencari sumber air baku yang layak konsumsi, seiring perubahan iklim dan pemanasan global.
"Sedangkan air salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa tawar menawar harus ada guna kelangsungan hidup. Oleh sebab itu, kalau dulu, air tergolong tidak bernilai ekonomi, tetap belakangan dan bahkan ke depan bisa bernilai ekonomi tinggi," ujarnya.
"Oleh karena itu pula, kita harus menjaga kelestarian lingkungan agar sumber air baku juga tetap terjaga. Salah upaya menjaga kelestarian sumber daya alam tersebut dengan tidak merusak lingkungan atau hutan yang menyimpan cadangan sumber daya air," lanjutnya.
Selain itu, menjadi tanggung jawab bersama untuk menghutankan kembali kawasan hutan yang rusak atau kritis dan gundul agar cadangan sumber daya air tidak cepat menguap/habis dengan keberadaan pepohonan sebagai pelindung, demikian Suwardi.