Mengenal "Isiru Ngume Wungkur" membuka lahan ladang ala Dayak
Selasa, 30 Juli 2024 20:22 WIB
Ada juga perlombaan permainan tradisional yang menghibur dan mendidik, seperti Mutu Parei, Balogo, Bakahing, serta berbagai stan perwakilan dari setiap lingkungan rukun tetangga (RT) Desa Warukin yang menampilkan kuliner khas, kerajinan tangan, dan produk hasil ladang masyarakat Warukin.
“Festival ini tidak hanya tentang pertunjukan, tetapi juga tentang berbagi dan menjaga tradisi. Setiap stan akan berlomba untuk menampilkan kreativitas dan keunikan mereka,” tutur Rima.
Rima mengungkapkan, dukungan dari berbagai pihak sangat berarti, seperti yang diberikan oleh PT Adaro Indonesia yang selama ini konsisten memberikan dukungannya.
“Kami mendapat bantuan dari PT Adaro Indonesia, yang tidak hanya memberikan dana, tetapi juga membimbing kami selama persiapan festival,” ujar Rima.
Baca juga: Menjaga regenerasi, menjaga nilai budaya
Ritual Penting Dayak
Ketua Festival Budaya Dayak Maanyan Warukin Angki menjelaskan ritual ini penting pada kehidupan Suku Dayak Maanyan.
“Isiru Ngume Wungkur bagian dari hukum adat ketiga Ngume Naum. Ritual ini berawal dari mimpi yang dialami seseorang, di mana leluhur memberi petunjuk bahwa ia harus membuka lahan untuk berladang,” ungkap Angki.
Angki menjelaskan tradisi ini memiliki makna yang dalam, yakni membuka lahan untuk berladang dengan memperhatikan arah pohon jatuh saat menebas.
“Kami percaya jika melaksanakan ritual ini dengan benar akan mendapatkan hasil panen yang baik dan sebagian cara kami menghormati tanah dan leluhur kami,” kata Angki.
Departemen Head PT Adaro Indonesia Djoko Soesilo mengungkapkan Adaro sangat konsen terhadap nilai adat, seni dan kebudayaan masyarakat Dayak.
Kebijakan Adaro sebagai perusahaan, diungkapkan Djoko, sangat jelas dan dapat dirasakan dapat mengangkat kebudayaan lokal di Kabupaten Tabalong
“Adaro ingin nilai-nilai kebudayaan lokal menguat dan lestari, termasuk kelembagaan adatnya sehingga dapat mengangkat harkat dan eksistensi kebudayaan setempat, membangun harmoni sejumlah pihak,” ucap Djoko.
Tidak hanya Festival Dayak Maanyan, Djoko menuturkan Masiwah Pare Gumboh (MPG) juga masuk kalender kegiatan nasional di Balangan.
“Semua itu merupakan kesungguhan dari komitmen Adaro merawat adat dan Banua,” ujarnya.
Baca juga: Hayatun tak lelah kenalkan seni budaya Dayak Deyah ke penjuru nusantara