Jakarta (ANTARA) - Tim Nasional (Timnas) Pemenangan Anies-Muhaimin (AMIN) menyerukan warga dan para relawannya menggunakan kentungan hingga ke tempat pemungutan suara (TPS) sebagai simbol mengawal gerakan perubahan yang digagas Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar.
Asisten Pelatih Timnas AMIN Jazilul Fawaid mengatakan kentungan merupakan budaya di Indonesia yang bisa menjadi pengingat, pengumpul, hingga tanda bahaya.
"Sejak hari ini, semuanya, pokoknya kalau ada kentungan, itu artinya ada perubahan," kata Jazilul dalam acara Gerakan Rakyat 1 Juta Kentungan Perubahan di Sekretariat Koalisi Perubahan, Jakarta, Jumat.
Menurut Jazilul, kentungan pada zaman dahulu berfungsi untuk membangunkan warga.
Baca juga: Timnas AMIN: Muhaimin tidak ada persiapan khusus untuk debat cawapres
Kini, dalam hal politik, dia menilai kentungan bisa menjadi simbol untuk membangunkan warga agar melakukan perubahan dengan memilih pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 1 Anies-Muhaimin.
Kemudian, kentungan dulu juga dipakai sebagai pengingat warga. Maka, kentungan kini digunakan oleh Timnas AMIN sebagai pengingat untuk datang ke TPS pada tanggal 14 Februari 2024.
"Ini simbol penguatan kesadaran saja di Pilpres 2024 agar tidak ada kecurangan," katanya.
Baca juga: Timnas AMIN: "Wakanda no more, Indonesia forever" adalah pesan penting
Jazilul mengatakan para pendukung Anies-Muhaimin bisa memasang kentungan di rumah masing-masing. Jika tidak dilarang, dia juga ingin kentungan itu hadir hingga ke TPS-TPS.
Gerakan kentungan itu salah satunya dimotori oleh Forum Masyarakat Santri Nusantara (Formasnu) sebagai kelompok relawan AMIN.
Ketua Formasnu Ahmad Rouf berharap AMIN bisa membawa Indonesia memenuhi janji-janji kemerdekaan. Oleh karena itu, dia mengajak para pendukung AMIN menyemarakkan seluruh TPS di Indonesia dengan kentungan.
"Sehingga, tidak ada sejengkal TPS pun yang kosong. Kalau ada TPS yang kosong, maka bunyikan kentungan ini; sehingga akan mengundang pemilih," ujar Rouf.
Baca juga: Timnas AMIN tidak campuri urusan partai pengusung di dalam kabinet
Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: Fransiska Ninditya