Sekretaris Komisi IV yang juga membidangi, pendidikan, kesehatan dan sosial kemasyarakatan, Firman Yusi mengemukakan harapan itu, Sabtu malam sesudah Komisinya melakukan monitoring Program Makanan Tambahan untuk Anak Stunting berupa pemberian telur ke Kabupaten Tabalong.
Baca juga: Pemkab HSS Kalsel upayakan prevalensi stunting 14 persen pada 2024
Pasalnya, menurutnya telur lauk yang tidak bertahan lama, jika pun bisa tentu kualitasnya semakin menurun.
Pemberian makanan tambahan buat perbaikan gizi tersebut merupakan program Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalsel yang penyalurannya melalui Dinkes Kabupaten/Kota se-provinsi itu.
"Terkait pemberian telur tersebut sudah tepat meski perlu evaluasi agar nanti pendistribusian bisa lebih cepat karena komoditas itu tidak mampu bertahan lam," tegas Paman.
Menurut mantan anggota DPRD *Bumi Saraba Kawa" Tabalong itu, hal krusial stunting pada anak terjadi ketika pertumbuhan fisik mereka terhambat sehingga berdampak buruk terhadap perkembangan otak hingga kemampuan belajar.
“Terhambatnya pertumbuhan fisik tersebut dalam jangka panjang bisa mempengaruhi produktivitas masa depan anak, termasuk derajat kesehatan masa mendatang,” tambah Firman Yusi yang juga Sekretaris Fraksi PKS DPRD Kalsel.
Mengenai pemberian telur di Bumi Saraba Kawa Tabalong tersebut, Firman memastikan sampai dan tepat sasaran, sebagaimana progres Dinkes kabupaten setempat hingga Puskesmas dan desa.
"Kita harapkan dengan pemberian tambahan makanan buat perbaikan gizi tingkat stunting di Kalsel mengalami percepatan penurunan," kata Firman Yusi.
Sementara prevalensi stunting di Kalsel pada Tahun 2021 tercatat 30 persen menurun menjadi 24,6 persen Tahun 2022 atau turun 5,4 persen.
Kunjungan kerja Komisi IV ke Bumi Saraba Kawa Tabalong tersebut, 6 - 9 Desember 2023 sekaligus menghadiri undangan puncak peringatan ke-58 kabupaten paling utara Kalsel itu, 8 Desember lalu.
Baca juga: "Stunting" di Kalsel diharapkan percepat penurunan